Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Menulis Berawal dari Sebuah Keresahan

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_309360" align="alignleft" width="300" caption="Sbr:http://recollections.nma.gov.au/ejournal_library/images/vol_1_no_1/national_treasures_watson_diary_w450/files/13015/National%20Treasures%20-%20WatsonDiary.jpg"][/caption] Keresahan selalu muncul dalam hati akibat gesekan dari sebuah fenomena yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena menyangkut hati, maka keresahan sangatlah eklusif bagi seseorang. Muncul dari pengalaman batin seseorang.

Banyak yang melihat keresahan itu dari sisi negatifnya sehingga yang muncul adalah keluhan-keluhan. Sering kita mendengar: “Saya sangat resah hari ini”. Seolah-olah ada beban yang luar biasa sedang menimpa dirinya. Tetapi begitulah yang sering kita rasakan. Padahal, sesungguhnya keresahan itu muncul karena ketidakmampuan kita untuk mengetahui solusi-solusi dengan pasti dan menyakinkan yang ada dan kita rasakan.

Namun demikian, akibat dari keresahan-keresahan itu, tidak kurang seseorang tiba-tiba seseorang menjadi orang besar. Keresahan yang muncul bagi orang-orang seperti itu menyebabkan mereka mencari berbagai solusi-solusi tanpa mengenal lelah dan tidak menyerah. Sehingga menghasilkan karya-karya besar. Katakanlah, hasil keresahan dari seorang Thomas Alpha Edison. Sekarang kita dapat memanfaatkannya setiap hari. Bahkan hasil karyanya sudah menjadi kebutuhan primer bagi kita. Masih banyak hasil karya dari yang lain, yang kita yakini pasti berawal dari sebuah keresahan.

Hal yang serupa juga terjadi dalam dunia tulis menulis. Mereka bisa menulis dengan baik menghasilkan berbagai teori dan hukum yang menjadi pegangan bagi kita akibat dari keresahan-kerasahan mereka. Keresahan yang muncul dalam hati mereka kemudian dengan tekun mencari solusi-solusi apakah dengan melakukan eksperimen. Atau menghayati dengan benar dalam hati kemudian mereka tuangkan dalam bentuk tulisan-tulisan. Pada awalnya mungkin berserakan dalam sebuah catatan kecil mungkin dalam bentuk diary. Atau artikel-artikel yang dapat menjadikan pencerahan bagi kita. Kemudian dikumpulkan dan akhirnya dijadikan sebuah buku. Atau memang direncanakan dari awal ingin mereka tuangkan dalam sebuah buku. Maka muncullah buku-buku dengan berbagaimacam tema.

Bila mereka resah karena ketuhanan muncul tulisan yang bertema ketuhanan. Bila keresahan itu dari alam, maka muncul teori-teori tentang alam. Tentang social kemasyarakat, muncul tulisan tentang social kemasyarakatan. Tentang kemanusiaan, politik dan sebagainya, maka mucullah tulisan yang bertemakan itu. Bahkan, tulisan percintaan antar anak manusia menjadi tema-tema yang sangat menarik untuk dituangkan dalam berbagai macam bentuk tulisan.

Memang tidak semuanya dapat melakukan itu dengan baik. Namun harus diingat, sesungguhnya semua orang memiliki potensi untuk melakukan itu. Sebab semua orang pasti merasakan keresahan-keresahan itu. Tergantung bagaimana cara seseorang itu berusaha untuk mampu melakukan itu. Tidak perlu harus sama persis seperti orang-orang yang memang mumpuni dalam hal tulis menulis. Kita juga dapat melakukan itu, meskipun dalam bentuk catatan-catatan kecil seperti ini. Bila kita sudah memulainya, jangan pikirkan apakah yang kita tuliskan itu baik atau buruk. Dibaca orang atau tidak.

Saat ini, media kita untuk menulis sudah cukup banyak. Apalagi sekarang banyak sekali blog-blog gratis yang dapat kita manfaat untuk itu. Pertanyaannya sangat personal pada pribadi kita apakah kita mau memanfaatkan itu secara maksimal?

Saya kira, ketika kita sudah memanfaatkan atau bergabung dengan salah satu jejaringan social seperti fesbuk atau tuwit atau yang lainnya, itu adalah awal dari kita menuangkan segala bentuk keresahan melalui tulisan. Bila kita membaca tulisan singkat dengan karekter terbatas dari teman-teman melalui jejaringan social. Terbukti memang menulis itu berawal dari sebuah keresahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline