Saat itu, ditengah 'kebosanan' masyarakat terhadap teknologi NOKIA yang gitu-gitu aja, Ericsson, sebuah perusahaan ponsel Swedia yang berkolaborasi dengan Sony (Jepang) berusaha menjawab dengan ponsel multimedia.
Dimulai dengan T series yang merupakan ponsel pertama di tanah air yang dilengkapi camera digital yang masih plug and play (terpisah).
Sejarah Ponsel Soner ( Sony Ericsson), dimulai ketika saat itu Ericsson mengalami penurunan penjualan secara terus menerus. Perusahaan ini sebetulnya ada di peringkat ketiga di bidang mobile phone dibawah Nokia dan Motorola.
Tapi dari hari kehari market share-nya tergerus oleh keganasan Nokia. Motorola pun sebetulnya saat itu juga mulai keteter. Tapi karena Motorola punya 'market tersendiri' di negeri asalnya (Amerika), penurunannya tak seberapa signifikan. Apalagi selain jaringan GSM Motorola juga bermain di jaringan CDMA (Pengembangan dari AMPS).
Sedangkan Ericsson yang berasal dari Eropa tetap setia di jalur GSM.
Disisi lain, selain jualan handphone, Ericsson juga jualan perangkat Network. Kurt Hellstrom, presiden Ericsson saat itu mengatakan, " Mobile phones are really a core business for Ericsson. We wouldn't be as successful (in networks) if we didn't have phones".
". Henpon adalah dagangan utama Ericsson. Kita tidak akan bisa sukses jualan perangkat jaringan kalau kita tidak punya produk henpon."
Yup! Perangkat jaringan yang dimaksud adalah piranti untuk BTS. Sebagaimana Nokia dan Siemen atau Motorola yang saat itu jualan piranti jaringan, Ericsson pun punya dagangan yang sama.
Bagaimana operator seluler bisa percaya pada kemampuan Ericsson dalam membangun system' network kalau tidak punya produk henpon, kan?
Ketika pangsa pasar henpon Ericsson mulai terancam, dengan hanya memperoleh pangsa cuma 1 persen, layaklah mereka kawatir akan keberlangsungan divisi mobile phone.