Singapura atau Singapore, sebetulnya punya sejarah panjang. Walau Singapura modern, yang seperti kita kenal sekarang baru merdeka pada 9 Agustus 1965 setelah dua tahun bergabung dengan negeri Jiran pada tahun 1963.
Setidaknya kalau kita meloncat ke masa jauh ke belakang lagi, kita akan mengenal seorang pangeran Sriwijaya yang bernama Sang Nila Utama. Beliau mendirikan kerajaan Singapura pada tahun 1299 Masehi.
Sampai satu saat, sebagaimana di tulis salah dokumen resmi, datang orang-orang Eropa. Salah satunya adalah Sir Stanford Raffles yang mendarat pada 1819 dalam kapasitasnya sebagai pejabat IEC, East Indian Company. Semacam kumpeni gitulah kalau orang Indo ngomong.
Saat itu Inggris sedang mencari pelabuhan sebagai gerbang sebagai upaya menandingi dominasi Belanda yang saat itu sudah menguasai negeri ini melalui VOC.
Secara kebetulan, VOC saat itu lagi 'goyang', atau kalau mau lebih spesifik, bangkrut, karena berbagai skandal korupsi dalam tubuh VOC. Rupanya bangkrutnya VOC ini mengakibatkan perekonomian kerajaan Belanda melemah.
Terlepas dari sejarah panjang, kita akan bahas Singapura modern. Seperti yang kita lihat, dari dulu Singapura sebagai negara 'kota', hampir tidak ada industri apapun disana kecuali kota niaga.
Berkat penataan yang baik, Singapura modern, menjadi satu negeri yang makmur di kawasan ASEAN.
Dan sebagai negara yang saat ini mengandalkan sektor pariwisata sebagai komoditi andalan, tak lengkap rasanya bagi singapura kalau tidak punya sirkuit sendiri untuk melengkapi segala kemewahan sebuah negeri yang makmur.
Sirkuit yang dimaksud bukan sembarang sirkuit untuk arena adu cepat motor. Bukan! Singapura menyediakan Marina Bay sebagai sirkuit jalanan untuk ajang Formula 1. Tentu saja, Singapura punya marketnya sendiri. Keglamouran Formula 1 sangat cocok untuk negara makmur macam Singapura.
Bisa jadi Singapura bercita-cita ingin menjadi Monako Asia.