Seandainya Anda pemilik modal, lalu ditanya mau investasi, kebanyakan dari kita pasti berpikir soal kuliner. Yap, usaha makanan sekarang seolah menjadi tren bisnis. Banyak sentra-sentra kuliner tumbuh hampir setiap hari.
Selalu ada saja yang baru, tapi karena faktor pandemi, usaha kuliner agak sedikit mengalami guncangan. Ibarat pesawat mengalami turbulensi ketika melewati ruang hampa udara. Cukup terasa, tapi masih sangat mungkin terselamatkan.
Kalau di kota besar, mengakali sepinya omzet bisa dengan cara menjualnya online dengan aplikasi-aplikasi macam Gofood, Grabfood, dan satu pemain baru yang terbilang langsung populer, Shopee food.
Dengan prospek yang demikian menjanjikan tak heran pemilik modal berpikir usaha makanan olahan sebagai langkah aman berinvestasi.
Tapi sayang, tak banyak yang berpikir tentang usaha bahan baku makanan. Sedangkan dengan demand bahan makanan yang sedemikian besar, ceruk atau peluang usaha bahan pangan tak kalah menjanjikan.
Usaha yang saya maksud adalah usaha hulu yang bener-bener menjawab kebutuhan pengusaha kuliner dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. Contohnya usaha daging sapi.
Tanpa kita sadari, daging sapi sangat akrab dengan keseharian kita. Popularitas daging sapi ada di urutan kedua setelah daging ayam di negeri ini.
Kecuali di beberapa tempat, karena faktor keyakinan yang tidak memperbolehkan mengkonsumsi daging sapi. Itupun prosentasenya sangat kecil. Tapi kalau diambil secara general, di Indonesia, daging sapi menempati runner up dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani.
Banyak makanan berbahan daging sapi yang populer. Selain bahan baku makanan siap saji ( Burger, Steak), makanan populer lainnya yang menggunakan daging sapi adalah Abon.
Tapi sayang, tingginya permintaan daging sapi tak diiringi dengan supply yang memadai dari peternak dalam negeri.