Lihat ke Halaman Asli

Den Ciput

I'm a writer...

Antara Ah Mey, Kiplik, dan Miyabi

Diperbarui: 15 September 2016   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Minggu ini kayak minggu yang lainnya, minggu-minggu yang lalu. Sebelum minggu ini, dan sebelumnya lagi.
Yang membedakan minggu ini saya melewatkan siang dengan duduk-duduk dihalaman masjid yang ada di lingkungan kami. Halamannya lumayan luas, biasa warga naruh mobil disitu. 


Kalau siang biasa dipakai main anak-anak kecil. Anak-anak antar umur 5 sampai 8 tahun lah ya.
Persisnya gak tau. Saya sih gak pernah sensus mereka. Males, gak ada duitnya :D


Siang ini mereka main pasar-pasaran, masak-masakan. Jual-jualan, kayak yang kita lakukan waktu kecil gitu.
Ada yang berperan sebagai ibu warung. Ada yang berperan sebagai pembeli. Ada juga berperan tukang palak alias preman pasar :D
Ada si Otong yang mungil, ada si Joko yang agak gendut, jidat lebar, mata belo. Ada Eneng yang keriting, ada Upik yang rambutnya dikuncir. Ada Ah mey yang matanya sipit. 


Si Upik buka 'warteg', Ah mey jualan mie..
Semula kegiatan itu masih berjalan wajar.
Tapi rupanya 'warung' Ah mey paling banyak dikunjungi.


Karena mungkin anak kecil hobby makan mie ya. Yang dijual bukan mie beneran. Tp semacam tumbuhan yang biasa merambat di pohon beluntas, berwarna kuning menyerupai mie. Cuma kecil-kecil. Semacam parasit. Tapi saya tak tau namanya.
mula-mula Si Upik, " Aduh, gue jualan nasi. Bosen makan nasi terus. Pengin makan mie nih..Ah mey, bikinin gue mie goreng dong.."
Suara Upik dibuat memelas, Ah mey merespon dengan wajah gembira. 


" Iya bu Upik, bentar ya.." Suara Aj mey yang lucu menggemaskan. Rambutnya hitam, lurus dan berkilau diterpa angin minggu siang.
 Mereka sangat menggemaskan. Ah mey pura-pura masak.
Lalu datang joko, " Cik Ah mey, saya sekalian mie rebus rasa soto ya.."


" Tunggu ya mas Joko, " Sahut Ah mey sambil tangannya pura-pura sibuk masak mie di wajan mainan berbahan plastik.
Lalu datang Otong, " Saya juga mau mie rasa kaldu ayam ya cik.."
" Aduhh...dagangan gua larisss, " Wajah ah mey ceria.
Tampaknya darah Tionghoa yang pandai dagang udah kelihatan sejak kecil. Hahhaha..
Tiba-tiba muncul Kiplik, nama aslinya Zulkifli. Tapi biasa di panggil Kiplik.
Biang kerok nih!
Ucap saya dalam hati, hanya dalam hati. Takut yang bersangkutan mendengar.
" Wooii...saya juga mau mi dong!" Ucapnya dengan nada agak tinggi tanpa menyebut jenis mi apa yang dia pesan.
" Mie apa abang kiplik?" Tanya Ah mey dengan suara ramah.
" Miyabi!"
" Miyabi?" Joko, Upik, Otong, dan Ah mey bertanya serempak dengan nada heran. Karena belum pernah dengar jenis mie aneh ini.
" Miyabi yang kayak apa abang? " Dengan mimik tak mengerti ah mey tanya.
" Miyabi yang kayak kamu.." Terang Kiplik.
Upik, dan ah mey berpandangan..
" Iya kamu!" Kiplik nunjuk ah mey.
" Main miyabi-miyabi an yukkk.." Rupanya tampang mesum kiplik udah terlihat sejak usia dini.


Saya yang menyaksikan itu heran, geram dan kesal! Bagaimana anak 6 tahun tahu Miyabi? Dari bapaknya?
Entahlah. 


Tapi saya langsung ambil tindakan, " Hooii..hoiii! Bubar-bubar! Kiplik, cabut loe! " Geram saya sambil pura-pura marah.
Tukang Bajaj yang mangkal tak jauh dari tempat saya nongkrong rupanya tanpa saya sadari memperhatikan tingkah saya. Dia terpingkal-pingkal liat tingkah saya
" Hahahhahaa...Miyabiii..Miyabiii!" Mang karta, nama tukang bajaj itu memegang perutnya menahan tawa.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline