Lihat ke Halaman Asli

Mahalnya Sebuah Kejujuran

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari yang lalu saya menjadi pengawas ujian SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri) di daerah Bandung. Pengawas ini terdiri dari mahasiswa, guru, dosen dari berbagai instansi. Ujian yang diadakan serentak di kota Bandung pada tanggal 18 dan 19 Juni kemaren ini melibatkan 4 kampus negri yang ada di Bandung, yaitu ITB, Unpad, UPI, dan UIN.

Dalam ujian ini, fenomena yang cukup mengganggu pikiran saya, yaitu mengenai pengawas yang ditugaskan untuk mengawasi ujian ini. Pengawas yang ditugaskan ada 2 orang dalam setiap ruangan, dan setiap ruangan terdiri dari 20 orang peserta ujian. Artinya 1 orang pengawas mengawasi 10 orang. Peserta SBMPTN Bandung kemaren berjumlah 37.682 orang, sehingga membutuhkan total 4000 orang pengawas. Setiap pengawas mendapat upah senilai Rp 477.000,- (setelah dipotong pajak).

Penerapan pengawasan seperti ini merupakan upaya agar ujian tetap jujur dan bersih. Ini dilakukan karena ketidakpercayaan terhadap kejujuran yang akan diterapkan oleh peserta SBMPTN ini. Ini juga menggambarkan wajah keamanan di negara kita ini. Dan ini cukup menjadi satu lagi pertanda betapa mahalnya harga sebuah kejujuran di negri kita. Jika dihitung, biaya yang dikeluarkan untuk membayar semua pengawas SBMPTN adalah Rp1.908.000.000. Kalau misalnya kita sudah percaya akan tingkat kejujuran di negri kita ini, tentu pengeluaran yang besar itu bisa dikurangi.

Melihat mahalnya sebuah kejujuran ini membuat saya merindukan sebuah tatanan masyarakat yang jujur, dan saya yakin anda pasti merindukan hal yang sama. Betapa rindunya kita dengan kondisi dimana tidak ada lagi kecurigaan terhadap kecurangan-kecurangan. Betapa rindunya kita dengan tingginya kejujuran masyarakat yang menciptakan rasa nyaman dan minim kekhawatiran. Berapa lama lagi bisa terwujudkan? Mari kita usahakan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline