Lihat ke Halaman Asli

Husein Siregar

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember

Fleksibilitas Tiongkok Dalam Menghadapi Globalisasi: Politik Komunis, Ekonomi Liberal

Diperbarui: 13 Maret 2023   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiongkok mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1949 setelah kelompok komunis yang dipimpin oleh Mao Zedong berhasil mengalahkan kelompok nasionalis, yang kemudian mengubah wajah Tiongkok dengan menganut sistem pemerintahan komunis, yang menjadikan sistem perekonomian Tiongkok bersifat tertutup. Hal seperti ini dapat terjadi dikarenakan presiden yang memimpin kala itu, Mao Zedong memiliki sifat yang sangat membenci sistem kapitalis atau anti-kapitalisme.

Hal ini menjadikan aliran investasi dari luar negeri tidak dapat untuk masuk ke Tiongkok. Belum lagi perekonomian Tiongkok kala itu masih terpusat disektor agraris, dengan populasi yang mencapai setengah miliar jiwa, hal ini tentu saja memperparah kemiskinan yang ada di Tiongkok kala itu, yang tentu saja mempengaruhi sektor pendidikan, kesejahteraan sosial, tingkat kriminalitas yang tinggi, serta minimnya fasilitas dan infrastruktur kala itu.

Namun hal itu berubah seketika ketika Deng Xiaoping menggantikan Mao Zedong pada tahun 1982. Deng melakukan banyak gebrakan di berbagai sektor, salah satunya adalah aspek ekonomi, Deng mengundang ratusan investor dan juga pengusaha dari luar negeri untuk menanamkan saham mereka dan melakukan investasi di Tiongkok, hal ini tentu saja memiliki daya tarik tersendiri bagi para Investor dan Pengusaha dikarenakan populasi penduduk Tiongkok yang banyak, yang memungkinkan mudahnya untuk mencari pekerja dan juga konsumen. Oleh karena itu ekonomi Tiongkok perlahan naik tiap tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata hingga 10%.

Berbeda dengan Mao, Deng memilih untuk tidak mementingkan kompetisi ideologi antara komunisme dan kapitalisme, namun justru menginginkan keduanya untuk saling berkolaborasi satu sama lain. Salah satu kutipan Deng yang paling fenomenal adalah "Tidak peduli apakah itu kucing putih atau kucing hitam, selama bisa menangkap tikus, itu adalah kucing yang baik." Hal ini menjelaskan jika sistem ekonomi Tiongkok yang dahulunya tertutup berubah menjadi sistem ekonomi terbuka, dan tanpa mengubah sistem politiknya yang komunis.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan Deng memiliki penafsiran tersendiri terkait komunisme itu sendiri, yang dimana dalam ideologi komunis versi Deng tidak melarang masuknya modal asing dan juga impor hasil produksi Tiongkok keluar negeri. dengan begitu Deng penafsiran Deng terkait komunisme tentulah berbeda dengan Stalin dan Karl Marx, dalam hal ekonomi politik.

Oleh karena itu Tiongkok pada tahun 2001 resmi menjadi negara anggota WTO (World Trade Oganization). Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh globalisasi yang dirasakan oleh hampir seluruh negara didunia, masuknya Tiongkok ke WTO semakin menjadikan ekonomi Tiongkok melesat lebih jauh lagi. Kini Tiongkok sudah menjadi negara Ekonomi terbesar didunia menggeser Amerika Serikat diposisi pertama dengan PDB mencapai US$ 30,07 triliun, kemudian Amerika Serikat (AS) US$ 25,03 triliun, India US$ 11,66 triliun, Jepang US$ 6,11 triliun, dan Jerman US$ 5,3 triliun.

Setidaknya ada dua penyebab yang menjadikan Tiongkok mampu untuk berhasil melakukan perubahan dan menerapkan sistem perekonomian kapitalis. Yang pertama adalah berkembang pesatnya globalisasi yang mampu menembus batas-batas negara dan menyeluruh, yang tidak dapat dihindari oleh negara manapun, termasuk Tiongkok untuk kemudian ikut maju dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia.

Yang kedua adalah, kemampuan Tiongkok dalam menyesuaikan diri dengan globalisasi dunia, diawali dengan perubahan dan perkembangan sistem perekonomian Tiongkok, yang menciptakan wilayah-wilayah di pantai timur Tiongkok sebagai wilayah untuk berinvestasi dan juga industri. Globalisasi juga memacu Tiongkok untuk memajukan teknologi dan informasi sebagai suatu fokus perkembangan utama, hingga dalam beberapa tahun saja Tiongkok telah sukses mendirikan banyak perusahaan yang beroperasi di berbagai belahan dunia.

Politik di Tiongkok sendiri telah berkembang dengan sangat menarik. Dikarenakan Tiongkok yang selama beribu-ribu tahun lamanya memiliki bentuk pemerintahan monarki absolut yang lalu mengalami revolusi berubah menjadi suatu negara republik modern yang dimulai pada tahun 1911, lalu pada 1949 berdirilah Republik Rakyat Tiongkok yang menganut sistem komunisme, dan pada tahun 1978 terjadilah Reformasi Ekonomi Tiongkok yang menjadi tiang utama bangkitnya perekonomian Tiongkok oleh Deng Xiaoping, sekaligus menjadi pertanda dimulainya adaptasi Tiongkok dengan perkembangan perekonomian global.

Cina juga dapat sukses menjadi negara dengan perekonomian terbesar didunia dikarenakan oleh beberapa hal, yang sebagian besar telah tumbuh dan berkembang bahkan jauh sebelum Republik Rakyat Tiongkok itu berdiri, yang jika ditarik lebih jauh lagi bahkan telah ada sejak era dinasti di Tiongkok.

Beberapa di antaranya adalah. "Sudah biasa" sejak ribuan tahun yang lalu, Tiongkok terus mengalami konflik berkepanjangan diantara kerajaan-kerajaan yang berdiri diwilayah negara tersebut dahulunya. Yang tentunya dikarenakan konflik berkepanjangan tersebut banyak kerusakan yang terjadi, maka masyarakat Tiongkok dahulunya sudah terbiasa untuk kembali membangun peradaban mereka yang hancur, tidak dapat dipungkiri hanya dalam waktu sekitar 40 tahun Tiongkok sudah dapat mendirikan negara seperti yang dapat kita lihat sekarang ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline