Kesempatan lebih menyukai benak yang siap
Secarik kutipan manis yang terkandung dalam buku karangan Eric Weiner yang berjudul "The Geography of Genius" namun, nyatanya ungkapan tersebut bukanlah murni ungkapan Eric, melainkan ucapan seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang Bernama Louis Pasteur.
Berbicara tentang kesempatan memang tak asing bagi kita. Atau lebih tepatnya bagi pengembara kehidupan. Layaknya lotre dan bentuk perjudian lainya, hidup yang manusia jalani tentu mengandung ribuan kesempatan yang tak terhitung adanya. Mulai dari kesempatan A hingga kesempatan Z, dari tingkat yang terkecil dalam skala kehidupan sampai yang besar sekalipun. Kurang lebih itu bisa menggambarkan bagaimana kesempatan dalam hidup manusia yang begitu kompleks.
Kesempatan yang seringkali dibicarakan oleh manusia umumnya berada dalam ranah kehidupan yang positif, kesempatakan kerja, pengalaman, magang, hingga kesempatan untuk melangkah pada tahap kehidupan yang selanjutnya. Indahnya memiliki kesempatan. Memang. Tapi, layaknya hidup yang seringkali dipandang hitam-putih, kesempatan pun tak elak dari sisi negatifnya kehidupan. "Kesempatan dalam kesempitan." Sebuah klise yang banyak diungkapkan ketika kita melihat seseorang yang melakukan tindakan kriminal dalam keadaan yang tidak sepatutnya diduga terjadi. Indahnya memiliki kesempatan.
Ribuan kesempatan memang selalu hadir dalam kehidupan, namun kesempatan juga kadang dianggap salah. "Kesempatan datang di waktu yang salah." Ujar seseorang yang baru saja merasa kehilangan kesempatan. Benarkah kesempatan yang salah? Atau mungkin kesempatan lebih menyukai benak yang siap? Menarik memang. Sungguh.
Terkadang kita berharap begitu besar pada sebuah kesempatan, harapan begitu besar, hingga kadang melakukan apapun demi meraihnya. Melakukan perbuatan yang baik, maupun yang buruk, tak menjadi batasan. Ada pula yang menyebutkan jika kesempatan akan bertemu dengan usaha kita, ketika kita berusaha maka kesempatan pun niscaya menghapiri diri. Tidak ada yang salah. Yang salah hanya mereka yang menyalahkan kesempatan. Bukankah kesempatan adalah yang selama ini kita minta? Namun seakan lupa dan tamak, begitu mudahnya kita menyalahkan kesempatan dan waktu, yang nyatanya bukan siapa-siapa.
Apapun kesempatan yang kita harapkan, ketahuilah ia pasti datang, baik itu dalam kesempitan, dalam waktu yang tidak tepat, maupun beriringan dengan usaha yang kita lakukan, namun yang pasti ia lebih suka pada benak yang siap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H