Lihat ke Halaman Asli

Husam El Haq

Mahasiswa

Komoditas Langka: Disiplin di Era Distraksi Sosial Media, Gimana Caranya?

Diperbarui: 21 Juli 2023   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

unsplash.com

Disiplin. Sebuah kata yang terdengar cukup simple dan lumayan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Disiplin dalam ruang lingkup formal dipahami sebagai suatu sikap yang menaati peraturan. Lain halnya dalam kehidupan sehari-hari, disiplin lebih cenderung tertuju pada hal-hal yang masyarakat umum anggap baik. 

Pada faktanya, kata disiplin memiliki makna yang lebih mendalam daripada yang kita bayangkan. Kenapa bisa? Well, mungkin karena kenyataanya orang-orang di masa kini cukup struggle untuk disiplin. Hal ini ditandai dengan maraknya video serta ulasan mengenai bagaimana cara disiplin serta bagaimana cara untuk konsisten. Mungkin anda menanyakan hal yang sama, lalu, mengapa mengetahui cara disiplin menjadi sebuah tren? Pertanyaan yang bagus.

Berdasarkan kondisi zaman yang kita hidupi ini, asumsi penulis terarah pada dugaan tersangka utama, yakni sosial media. Yap, sosial media di abad ke-21 ini terbukti telah meng-establish-kan dirinya sebagai salah satu 'kebutuhan' kita. Kebutuhan entertainment, edukasi, informasi, dan masih banyak yang lainya. 

Dengan segala manfaatnya sosial media seperti banyak hal lainya, tentu memberikan down side atau efek buruk pada kehidupan manusia. Sebagai contoh yang menarik dan membingungkan ialah, sosial media sebagai tempat yang meningkatkan kesadaran serta memuat informasi mengenai mental health, akan tetapi, disisi lain juga meningkatkan angka mental illness, orang-orang mulai melakukan diagnosis mandiri tanpa ahli, mereka juga dibuat overthinking dengan kelebihan informasi baik yang bersifat pribadi hingga publik.

Meskipun efek negatifnya begitu banyak, sosial media kembali lagi menyeimbangkan kedudukanya dengan meningginya kesadaran atas kedisiplinan. Keren memang. Kesadaran terhadap kedisiplinan yang kini menjadi tren di masyarakat merupakan kesadaran atas sisi kedisiplinan yang baik. Memangnya ada disiplin yang buruk atau negatif? Bisa dibilang iya. Disiplin yang kita sebut-sebut dapat disimpulkan identik pada hal-hal yang bersifat baik, positif, good, akan tetapi, disiplin dalam hal yang buruk pun banyak dilaksanakan oleh punggawa-punggawa kehidupan. 

Contohnya, orang yang disiplin dalam melakukan hal-hal buruk menurut kacamata sosial seperti, disiplin mabuk, judi, membegal, maling, merundung, hingga korupsi, hehe. Ya hal tersebut mampu dikategorikan sebagai lawan dari disiplin yang positif. Mengapa demikian? Well, mereka yang melakukan hal demikian, cenderung memiliki sikap yang gigih, konsisten, dan sudah menjadi kebiasaan, dan dapat dikategorikan cukup memenuhi syarat untuk dipanggil disiplin. Oleh karena itu, bisa dikatakan disiplin memang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita.

Kedisiplinan akan hal yang positif ini menjadi suatu tren karena banyaknya orang yang susah untuk melakukannya, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Pertanyaan selanjutnya mengapa susah untuk dilakukan, sehingga orang-orang mulai mencari asupan konten mengenai hal ini. 

Berdasarkan observasi serta kesimpulan yang bisa dikatakan subjektif dan objektif, penulis merasa hal yang menjadi titik berat disini adalah perubahan yang memerlukan pengorbanan. Pengorbanan atas apa? Atas hal-hal yang menjadi kebiasaan, yang sudah menjadi rutinitas kehidupan, dopamin singkat dan instan, kenangan dan cerita indah, hingga ketakutan atas ketidaktahuan 'fear of the unknown'. Itu lah yang menurut penulis menjadi poin-poin penting dalam sulitnya orang-orang disiplin ke-arah yang lebih baik.

Uniknya belajar atau berusaha untuk disiplin dalam hal yang kita inginkan yang cenderung merupakan hal yang positif, nyatanya bisa dicapai lewat langkah-langkah yang bisa dibilang cukup mudah. Melalui alat 'kebutuhan' kita kembali, yap, sosial media, penulis menemukan video yang mengulas bagaimana cara agar bisa disiplin

Videonya berdurasi singkat sekitar kurang lebih lima menit, dengan langkah yang sedikit, penyampaian yang jelas serta analogi yang menarik, video tersebut cukup bisa dicerna dengan mudah. Ada tiga poin inti dari video tersebut yang pertama ialah alasan yang kuat. Alasan yang kuat atau 'strong why' merupakan alasan yang berada di baris atas, tidak salah karena sudah barang tentu kebanyakan orang yang disiplin memiliki alasan atau tujuan yang kuat, baik itu rasa kehilangan, rasa ingin merubah keadaan hingga banyak yang lainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline