SEBUAH buku kumpulan puisi karya Rieke Diah Pitaloka diluncurkan di Aceh, Kamis (14/4). Buku yang memuat 19 puisi perempuan yang dikenal sebagai sosok Oneng dalam acara televisi Bajaj Bajuri itu berjudul Sumpah Saripah.
Judul Sumpah Serapah sendiri merupakan salah satu judul puisi yang terangkum dalam buku yang diluncurkan di Haba Cafe. Dalam acara peluncuran itu ikut dihadiri oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf beserta isterinya.
Sumpah Serapah merupakan buku kumpulan puisi Oneng yang ketiga. Kedua buku sebelum Rieke sebelumnya adalah Renungan Kloset; dari Cengkeh sampai Utrecht (2003) dan Ups! (2006).
Puisi tergolong dalam karya sastra. Lewat puisi, Oneng ingin menyuarakan perlawanan.
Perempuan kelahiran Garut, 8 Januari 1974 itu menyatakan rasa salutnya untuk masyarakat Aceh. Lewat puisi yang termasuk dalam karya sastra, ia mengajak masyarakat Aceh untuk membangun kebudayaan.
Kedatangannya ke Aceh, disebutkan karena panggilan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh. Ia memberikan apresiasi untuk Pemda Aceh yang telah berani membuat program JKA meski masih jauh dari kesempurnaan.
Sementara Gubernur Irwandi Yusuf ketika diminta untuk membaca salah satu puisi di depan peserta peluncuran buku terbitan Penerbit Koekoesan ini, ia membacakan sebuah puisi berbahasa Aceh karya orang lain yang tidak diketahui penulisnya.
Sejumlah tokoh masyarakat ikut tampil di atas panggung untuk membaca puisi politisi dari fraksi PDI-P itu. Di antaranya, Darwati A Gani, Fauzan Santa dan Sarjev, Fuad Mardhatillah, Syarifah Rahmatillah, Evi Narti Zain dan Raihana Diani. Selain membaca puisi, mereka juga memberikan komentar atas karya Anggota Dewan Komisi IX DPR RI itu.
Fuad menyebutkan, puisi-puisi Oneng sarat menyuarakan perlawanan, khususnya soal kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan, pelayanan kesehatan dan ketenagakerjaan/buruh.
Usai pembacaan puisi, mahasiswa Gemasastrin menampilkan sebuah drama dengan judul Syakir Khan. Drama ini menceritakan seorang Syakir Khan yang berprofesi sebagai anggota dewan tapi tidak sanggup mengurus keluarganya. Syakir suka memberikan janji-janji untuk istrinya, namun janji itu sebatas janji karena jarang sekali dipenuhinya.
Acara yang diselenggarakan secara bersama oleh SMUR, Care Aceh, Tikar Pandan, Beujroh, Krak, Gemasastrin, FPKP, AMPD dan The Atjeh Post itu sekaligus disertai deklarasi sastra perlawanan dengan cara membubuhkan tanda tangan para peserta di selembar spanduk.