Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Husaini

TERVERIFIKASI

Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Perjuangan Melelahkan Antar Bantuan Banjir di Kecamatan Hantakan

Diperbarui: 26 Januari 2021   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan teman akrab satu kampung di Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Rizal, Ahad (24/01/2021) sekitar pukul 08.00 WITA ke Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Saya ikut dibonceng naik sepeda motor, tujuan kami tepatnya ke Labung Anak, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten HST.

Menunggu rekan-rekan di sana yang akan mengantar bantuan korban banjir di Kecamatan Hantakan. Mereka merupakan anak-anak muda Desa Labung Anak yang akan ke Dusun Bayawana dan Dusun Pantai Uwang, Desa Datar Ajab, Kecamatan Hantakan, Kabupaten HST. Antar bantuan sembako untuk korban banjir di sana.

Ada sekitar 20 orang termasuk saya dan Rizal yang berangkat menggunakan sarana sepeda motor. Medan yang kami hadapi saat perjalanan sangat variatif, dengan berjalan kaki setelah Kecamatan Hantakan tak seperti dibayangkan sebelumnya.

Cukup menguras tenaga dan sangat melelahkan. Apalagi bagi saya yang tak terbiasa berolahraga, sudah awak lamak, ditambah dengan pakaian yang saya kenakan tidak mendukung untuk medan seperti itu.

Saya hanya mengenakan t-shirt hitam, celana panjang dan sandal gabin. Tapi semuanya mesti harus dijalani, walau harus banyak berhenti karena cukup ngangal, dan awak lapah. Berjalan kaki menyusuri beragam medan. Ada turunan, menanjak, ada batang pohon tumbang, jalan terhalang ranting kayu, dan tanah bekas bawaan banjir.

Saya sempat masuk ke dalam lumpur yang tak terduga sebelumnya, susah untuk mengeluarkan kaki, andai tak dibantu teman. Hal yang sama dialami anggota rombongan di tempat berbeda. Butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke tujuan.

Bantuan diserahkan ke perwakilan warga setempat di teras rumah. Kami sempat disuguhi warga di sana dengan pisang mahuli dan pisang talas. Setelah itu kami balik haluan agar pulang tak kemalaman. Jauh berjalan. Saat kembali pulang menuju parkir sepeda motor ada sekitar sejam perjalanan yang harus ditempuh.

Di antara anggota rombongan, mungkin saya yang paling sering berhenti, dan saya juga yang paling ditunggu untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Kada kawaai. Bila sudah merasa pulih, saya bangkit lagi untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.

Di tengah kota Barabai kami berpisah. Mereka pulang ke Labung Anak. Sementara saya dan Rizal ke Angkinang. Tapi sebelumnya singgah  di Masjid Agung Riadhusshalihin Barabai. Pergi ke tempat kran air untuk cuci sandal, kaki dan celana, bekas lucak kering yang tak sempat saya cuci mantuk dari Datar Ajab.

Sandal gabin yang saya pakai selama di Datar Ajab, dibeli di tempat Hariadi Labung Anak, setelah bersih saya tinggal di teras ruang WC / tempat wudhu Masjid Agung Riadhusshalihin Barabai. Untuk pulang saya memakai sandal biasa yang sudah saya pakai sejak dari rumah.

Di Barikin Haruyan saya dan Rizal singgah di sebuah warung. Menikmati bakso ditemani secangkir teh es mengusir rasa lapar, karena tak makan-makan sejak tadi pagi. Sampai di rumah jelang shalat Isya malam Senin. Dengan kelelahan yang teramat hebat. Awak sakitan. Usai mencuci tubuh, tak mandi, langsung barabah. ***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline