Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Husaini

TERVERIFIKASI

Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Meraih Batas dengan Seksama

Diperbarui: 6 Juli 2017   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dugal seperti biasa menjalani aktivitas keseharian, pukul 07.00 WITA, ia berangkat menuju tempat kerja bersepeda motor bututnya, berjarak sekitar satu kilometer. Setibanya disana Dugal membuka pintu dan membersihkan ruangan.

Kemudian tirai dibuka, tempat sepatu dikeluarkan, lap kecil diletakkan di depan pintu. Lalu ia masuk ke ruang kerjanya. Jendela dan tirai dibuka, lampu dinyalakan.

Ruangan terasa pengab karena hibak dengan barang. Ia membuka laptop. Menyelesaikan tugas yang kemarin. Bila jenuh Dugal keluar ruangan. Cari kegiatan lain. Ambil air wudhu lalu shalat Dhuha ke mushala, yang berjarak sekitar 10 meter dari ruang kerjanya.

Ia bersimpuh di sana. Suasana madrasah tengah sepi. Guru dan siswa sedang berada di kelas, mengikuti proses belajar mengajar. Di madrasah Dugal sebagai honorer Tata Usaha. Usai shalat Dhuha Dugal kembali ke ruang kerjanya. Melanjutkan tugasnya.

Hari itu madrasah tempat Dugal bekerja pulang lebih awal, pukul 10.30 WITA. Karena para guru akan melakukan perjalanan panjang menuju Sampit, Kalteng dalam rangka ziarah ke makam keturunan Datu Kalampayan yang ada disana.

Sebelumnya mereka saruan selamatan di rumah seorang guru di Longawang. Berjarak sekitar 5 kilometer dari madrasah. Usai saruan para guru pulang ke rumah masing-masing untuk berkemas. Mereka akan berkumpul di satu titik, yakni di depan makam Datu Taniran.

Rencana akan menggunakan satu buah bus yang disewa dari Gambut. Baru pukul 13.00 WITA seluruh guru terkumpul. Dugal pulang ke rumah. Segala bawaan sudah dimasukkan ke dalam tas. Ia tinggal berangkat saja lagi.

Ia jalan Tembok Rel, beli paket internet di sebuah kios ponsel. Agar nantinya selama perjalanan ke Sampit dapat ia laporkan lewat akun facebooknya. Ia berangkat, tapi singgah dulu ke madrasah ada yang diambil. Setelah itu menuju Taniran. Disana sudah terkumpul rekan-rekannya. Hanya tinggal beberapa orang lagi.

Dugal memarkir motornya di rumah seorang temannya. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Dugal ikut memasukkan motor rekannya yang lain. Dugal senang membantu dan tidak pelit tenaga.

Lalu mereka menuju bus yang terparkir di depan makam Datu Taniran. Karena saling bahadangan baru beberapa jam kemudian bus berangkat. Apalagi di Kandangan masih ada yang disinggahi yakni Bapak Kepala dan beberapa orang guru. Perjalanan panjang harus dilakukan. Benar-benar melelahkan tentunya.

Walau begitu suasana di dalam bus cukup riang gembira. Sesekali diwarnai dengan celetukan dan gelak tawa. Dugal menjadi bahan candaan karena masih belum nikah, jadi bila ada melihat wanita di pinggir jalan selalu diwarahakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline