Lihat ke Halaman Asli

Hurriyatuddaraini

Bersama keluarga

Kolak Pisang Dafi

Diperbarui: 30 Desember 2020   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Kolak Pisang Dafi

"Mak, aku udah gak tahan banget ne!" rengek adikku pada Mamak.

"Sabar. Tidur aja dulu, nanti bangun, udah bisa buka puasa," balas Mamak menenangkan Dafi, yang baru pertama kali belajar puasa penuh itu.

"Tapi aku lapar, Mak. Aku gak bisa tidur kalau lapar!" Rajuk Dafi lagi.

Mamak kemudian merangkul Dafi, membawanya ke tempat tidur, dan mengajaknya tidur siang, agar tidak terlalu rewel menunggu waktu berbuka.
.
.
.

Jam menunjukkan pukul enam sore. Mamak sejak tadi telah sibuk di dapur.

"Mak, masih lama?" Terdengar suara Dafi, yang sedang bermain air di kolam renang balon, tak jauh dari dapur.

"Iya, sebentar lagi," jawab Mamak sambil mengaduk-aduk kolak pisang.

Dafi pun kembali melanjutkan mandinya.

"Mak, Dafi enak aja mandinya lama banget. Pura-pura mandi, padahal sekalian minum air dia, tu!" protesku pada Mamak, melihat Dafi tak kunjung selesai mandinya.

"Ayo, Dafi. Bentar lagi sudah tiba waktunya berbuka. Nayla, tolong ambilkan handuk dan baju Dafi di kamar, ya," perintah Mamak lembut kepadaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline