Peningkatan emisi gas rumah kaca secara drastis berawal dari abad 18-19 yang merupakan abad pencetusan revolusi industri 1.0 dari Britania raya kemudian menyebar ke seluruh dunia. di zaman ini sedang dilakukan banyak pergantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Tenaga mesin yang digunakan ini memang lebih tepat dan cepat pengerjaannya tetapi ada satu masalah hal yang timbul dari teknologi mesin industri ini yaitu emisi gas yang berasal dari pembakaran pada mesin. Dengan seiringnya waktu revolusi industri menyebar ke seluruh dunia, banyak negara yang tidak mau kalah dan berakhir pada persaingan di sektor industri. Hal ini menyebabkan ada 20 negara yang merupakan negara dengan sektor industri terbesar di dunia yang mengadakan kerjasama multilateral dan membentuk organisasi dengan nama G20. Dalam hal ini negara-negara yang menjadi anggota G20 dapat dibilang merupakan penghasil emisi gas terbanyak. Emisi gas dari sektor industriini menjadi hal yang serius karena dapat menyebabkan pemanasan global dan kerusakan linkungan, sehingga seharusnya para petinggi G20 dapat memfokuskan kebijakan untuk mewujudkan nol emisi di dunia industri.
Seperti yang sudah kita ketahui emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan pemanasan global. Dengan banyaknya emisi gas di atmosfer bumi, panas matahari akan terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfer bumi sehingga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan suhu di berbagai tempat di dunia. Peningkatan suhu ini dapat mempengaruhi berbagai aspek di dalam kegiatan industri. Salah satunya aspek yang ada di segala sistem yaitu manusia. Denggan kenaikan suhu ini dapat berdampak pada produktivitas pekerja dan akan menyebabkan banyak terjadi proses yang tidak dilakukan dengan optimal oleh para buruh dan pekerja. Kenaikan suhu ini dapat menyebabkan kasus kematian pada pekerja industri. Contoh kasusnya yaitu pekerja Nepal berusia 20-an dan 30-an di Qatar banyak yang meninggal akibat serangan jantung yang kemungkinan dipicu oleh stres tubuh akibat panas, menurut laporan tahun 20119 oleh para ahli kardiovaskular.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca juga dapat berpengaruh terhadap dunia industri. Sektor industri yang terkena dampak dari perubahan iklim yaitu pertanian,perikanan, dan peternakan. Dengan adanya dampak dari emisi gas rumah kaca terhadap perubahan iklim, tentu akan berdampak juga terhadap proses dan hasil di dalam sektor industri tersebut.Dalam sektor pertanian,pada perubahan iklim ekstrim dapat mencegah tanaman untuk tumbuh. Kemudian faktor lain seperti perubahan pada suhu, bertambahnya gas CO2, dan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim dapat memberikan dampak yang signifikan pada hasil tanaman. Tingginya kadar CO2 dapat berdampak pada hasil pertanian, tingginya kadar gas CO2 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, tetapi selain itu terdapat juga dampak lainnya seperti perubahan suhu,ozon,nutrisi dan air juga merupakan salah satu faktor untuk penginkatan hasil pertanian. Dengan meningkatnya kadar gas CO2 yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman, gas CO2 juga dapat mengurangi nutrisi yang ada di sebagian besar tanaman karena dengan tingginya kadar gas CO2 pada tumbuhan dapat mengurangi konsentrasi pada proses pengolahan protein dan mineral pada tumbuhan tersebut. Contoh tumbuhan yang terkena dampak yaitu Gandum,Kedelai, dan Padi. Dampak dari penurunan kualitas tanaman yang disebabkan oleh gas CO2 yaitu potensi ancaman pada kesehatan manusia. Kemudian pada sektro peternakan efek dari perubahan iklim dapat berdampak langsung dan tidak langsung terhadap hewan ternak. Dampak langsung dari perubahan iklim ekstrim yaitu hewa ternak yang terkena suhu panas dapat menyebabkan stres yang berujung pada kesehatan hewan ternak yang rentan terkena penyakit,berkurangnya kesuburan, dan berkurangnya produksi susu pada hewan yang memiliki kelenjar susu. Dampak tidak langsung dari perubahan iklim terhadap industri ternak yaitu dengan terjadinya banjir atau kekeringan dapat mengancam turunnya pasokan makanan untuk hewan ternak. Lalu yang terakhir kita akan membahas tentang sektor perikanan, pada sektor industri ini para nelayan mulai kesulitan karena terjadinya perpindahan area yang signifikan pada beberapa spesies ikan. Hal ini disebabkan karena perubahan iklim dan suhu yang mengakibatkan beberapa spesies ikan akan berpindah ke tempat yang lebih dingin atau hangat .
Salah satu langkah yang dapat diambil para petinggi G20 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu industri hijau. Industri hijau merupakan penerapan pada proses industri yang mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian lingkungan hidup. Dengan adanya penekanan komitmen dari G20 terhadap misi mencapainya Global Net Zero emisi gas rumah pada sekitab pertengahan abad ini,dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi dan keadaan nasional negara anggotanya yang berbeda-beda. dengan adanya kebijakan standarisasi batas emisi gas rumah kaca pada sektor perindustrian dan upaya transformasi menuju industri hijau, negara Indonesia melalui Kemenperin (Kementrian Perindustrian) memiliki dua strategi yaitu menghijaukan industri yang sudah ada( Greening the Brown Industry) dan penciptaan industri baru sesuai prinsip industri hijau(Developing the New Green Industry). Di dalam strategi tersebut Kemenperin memiliki program meliputi efisiensi produksi dan sumber daya, pengembangan bahan baku ramah lingkungan (Material Hijau), dan Produk Hijau. Dengan adanya gerakan transformasi menuju industri hijau ini diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Emisi gas rumah kaca yang memiliki kaitan yang erat dengann sektor industri memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan. Dengan negara-negara anggota G20 yang memiliki sektor perindustrian terbesar di dunia, harus dapat menyadari dampak yang ditimbulkan dari industri yang dimiliki. Karena emisi gas rumah kaca sangat beerpengaruh pada adanya perubahan iklim yang berpengaruh juga pada kegiatan produksi industri di seluruh dunia. Oleh karena itu dengan adanya emisi gas rumah kaca yang meningkat kita harus menerapkan kebijakan industri hijau dan kebijakan standar emisi gas rumah kaca yang ditetapkan pada setiap negara-negara anggota G20.
Daftar Pustaka:
United States environmental protection agency. "Climate impact on agriculture and food supply", https://climatechange.chicago.gov/climate-impacts/climate-impacts-agriculture-and-food-supply, diakses pada 3 Januari 2023 pukul 14.00
Bank Indonesia. "G20 Chairs summary-4th FMCBG (12-13 Oct 2022)", https://www.bi.go.id/id/g20/default.aspx, diakses pada 3 Januari 15.00
Braun,Suart.2021."Stres Akibat Udara Panas Ancam Produktivitas", https://www.dw.com/id/stres-akibat-udara-panas-ancam-produktivitas-tenaga-kerja/a-58055605, diakses pada 4 Januari 12.00
Dinas lingkungan hidup dan kehutanan daerah istimewa Yogyakarta. "Mengenal Lebih Dekat Gas Rumah Kaca". https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-lebih-dekat-gas-rumah-kaca, diakses pada tangga 4 Januari 14.00
Kemenperin, 2022."Indonesia sukses jalankan presidensi G20, memperkuat pertumbuhan industri manufaktur inklusif dan berkelanjutan",https://kemenperin.go.id/artikel/23705/ghs, Diakses pada tanggal 4 Januari 15.00