Lihat ke Halaman Asli

Mau Tahu Bagaimana Covid? Begini Rasanya!

Diperbarui: 25 Juni 2021   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pmb.lipi.go.id

Satu tahun sudah pandemi ini menyerang kehidupan manusia, tidak hanya Indonesia tetapi seluruh dunia.
Virus yang katanya datang dari negeri China ini tidak main-main, melanglang buana ke seluruh penjuru negara-negara di dunia. Banyak negara yang kewalahan menghadapi pandemi ini, sudah banyak peraturan yang ditetapkan dari yang biasa hingga lockdown total. Namun virus ini tidak berhenti menyebar tapi tambah menyebar bahkan bermutasi di beberapa negara.
Indonesia pun sangat kewalahan, dari yang awalnya meremehkan sampai saat ini masih berjuang melawannya. Sekarang Indonesia mendapatkan rekor tertinggi dengan jumlah terpapar yang semakin banyak sampai rumah sakit di beberapa daerah pun tidak mampu lagi menampungnya.

Semua ini kesalahan kita bersama, dari kebijakan pemerintah yang sembrono sampai masyarakat yang sulit diatur. Sekarang kita merasakan akibatnya.

Jika terpapar, percayalah rasanya tidak enak! Ingat, yang tidak enak tidak hanya jika kita terpapar tapi jika keluarga dan orang-orang terdekat kita terpapar.

Pada awal tahun 2021, ayah saya mendapatkan fasilitas untuk divaksin dari kantornya. Setelah kurang lebih satu minggu ia pun dinyatakan positif yang kemudian menularkan ke mama saya. Akhirnya mereka berdua dinyatakan positif dan dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut, terlebih ayah saya memiliki beberapa penyakit lainnya.
Karena pada waktu itu rumah sakit tidak terlalu ramai, alhamdulillah dapat tertangani dengan baik. Bahkan ayah saya sempat masuk ruang ICU setelah dinyatakan negatif dari covid.
Bukan saya yang terpapar, tapi dampak tidak enaknya pun saya dan adik saya rasakan. Karena kontak erat maka kami berdua pun harus tetap dirawat hingga akhirnya 2 kali tes PCR berturut-turut dinyatakan negatif dan bisa keluar dari rumah sakit. Tapi setelah itu kami tetap harus mengurus kedua orangtua yang sedang berada di rumah sakit, apalagi ayah saya masuk ruang ICU dan pihak keluarga harus ada yang menunggu sedangkan mama saya berada di ruang isolasi.
Pada akhirnya, alhamdulillah mereka dinyatakan negatif walaupun dampak setelahnya masih terasa sehingga dirumah harus menyediakan oksigen untuk berjaga-jaga.
Alhamdulillah semua berlalu dan semua dinyatakan negatif dan sehat.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya di bulan juni. Setelah saya melakukan perjalanan karena ada amanat yang harus dijalankan, tidak tau dari mana, setelah kegiatan selesai saya pun merasakan hal-hal yang tidak biasa.

Pada awalnya, badan terasa sangat lelah, pegal-pegal dan lemas. Awalnya saya pikir ini hanya kelelahan biasa, sampai keesokan harinya tidak pulih dan tidak enak sekali rasanya sampai 3 hari seperti itu. Jangankan bangun, bergerak di tempat tidur saja rasanya tidak enak serasa lemas sekali dan yang saya lakukan hanya tidur, tidur dan tidur. Selama 3 hari pun makanan rasanya tidak ada yang enak, hambar kayak rasa dia ke kamu yang masih berharap.
Setelah 3 hari, mulai bisa bergerak dan beranjak dari tempat tidur. Tapi setelah itu rasa-rasa yang lain pun muncul kayak yang lagi kasmaran.
Batuk, pilek, puyeng dan yang paling beda adalah hilangnya penciuman. Iya, ini benar-benar tidak bisa mencium bau apapun, bau kentut, sabun apalagi bau-baunya dia suka sama kamu engga ada.
Badan masih agak lemas, agak pusing dan keliyengan untuk bergerak emang agak gimana gitu.

Kemudian di tes swab dan benar hasilnya positif. Akhirnya saya isolasi di kamar, mencoba untuk tidak stres, makan banyak dan ya gitu-gitu aja kerjaannya.

Setelah kurang lebih satu minggu di isolasi, penciuman pun mulai kembali sedikit-sedikit dan rasa makanan sudah mulai terasa. Tetapi batuk pilek masih belum hilang dan masih ada keliyengan.
Setelah lebih dari 10 hari, alhamdulillah mulai kembali normal dan mencoba untuk swab untuk meyakinkan tetapi hasilnya masih positif bahkan hasil tes pcr CT value nya masih rendah yang berarti potensi untuk menyebarkan virusnya masih besar.
Kemudian melanjutkan isolasi dan melakukan kegiatan seperti yang sudah disebutkan diatas.
Sampai 6 hari kedepan saya mencoba tes swab kembali karena 6 hari terakhir ini walaupun hasil swab positif tetapi gejala sudah hilang semua.
Dan alhamdulillah setelah 3 minggu terpenjara dan tidak bisa kemana-kemana hasil swabnya negatif, alhamdu lillaaah.

Dari pengalaman diatas, membuktikan bahwa virus covid itu nyata adanya dan bisa memaparkan dari yang muda hingga tua.
Kita tidak tau terpapar dari mana, siapa atau kapan tetapi yang jelas virus ini tidak terlihat oleh mata dan bisa masuk kedalam tubuh kita, kapan saja, dimana saja dan dari siapa saja.
Kalo kata salah satu dokter di Instagram, 3 alasan kenapa kamu tidak terpapar itu karena 1. Kamu menjalankan prokes dengan ketat, 2. Imun tubuh kamu kuat dan 3. Kamu beruntung.

Maka jika kamu tidak beruntung, kamu harus menjaga imun tubuh agar selalu kuat dengan pola hidup sehat dan tetap menjalankan prokes dengan ketat.
Karena percayalah, bahwa covid itu nyata dan rasanya kayak kamu ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, TIDAK ENAK!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline