Lihat ke Halaman Asli

Perspektif Al-Quran sebagai Pedoman Etika Berorganisasi dan Membangun Kebangsaan yang Beradab

Diperbarui: 30 Desember 2023   04:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com/pinterest.com

Al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman umat Islam dengan berbagai ajaran dan petunjuknya. Supaya manusia dapat menjadi khalifah yang baik di muka bumi ini. Semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, maupun keberadaan alam ini sudah termaktub dalam al-Qur’an dan hadist. Termasuk dalam hal organisasi. Eksistensi organisasi dalam mempertahankan keberlangsungannya, dapat diprediksi dari nilai-nilai yang dianut organisasi tersebut.  Organisasi sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi sehingga anggota organisasi merasa satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi anggota organisasi tersebut merasa berbeda dengan organisasi lain.

Dalam berorganisasi, tentu saja akan ada beberapa etika yang berpedoman pada perspektif Al-Qur’an. Yang pertama adalah memiliki niat dan tujuan yang mulia. Sebuah organisasi pasti didirikan karena ada niat dan tujuan. Niat dan tujuan didirikan organisasi ini sangat menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam organisasi meskipun nantinya keberlangsungan organisasi akan bergantung pada etos individu dan kelompok dalam organisasi. Jikalau niat dan tujuannya mulia, maka dibentuknya organisasi akan lebih bermanfaat sesuai dengan niat dan tujuannya. Bahkan telah tertera pada dalil berikut ini :

Rasulullah Saw. bersabda: “Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khatthab r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.” (HR. Al- Bukhari & Muslim)

Sebagai contoh organisasi yang dibentuk dengan niat melayani kesehatan masyarakat umum dengan tujuan mengurangi jumlah korban yang terjangkit penyakit. Organisasi ini akan bertumpu pada konsentrasi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelaksanaannya akan teratur.

Setelahnya ada amanah. Seseorang dalam organisasi haruslah memiliki sikap amanah dalam mengemban tugas. Dengan adanya sikap amanah, pembagian tugas yang dilakukan oleh pembina organisasi menjadi lebih optimal. Sikap ini menumbuhkan kepercayaan organisasi.

Jika sikap amanah tidak dilakukan di dalam organisasi, maka berbagai penyelewengan akan terjadi sehingga timbul keraguan untuk mempercayakan sebuah tugas dalam organisasi. Kemudian organisasi akan mengalami penurunan dan menghilang. Oleh karenanya, sikap amanah adalah sikap yang harus ada dalam organisasi. Dalam hal ini,  Rasulullas Saw. bersabda:

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi yang tidak memegang janji” (HR. Ahmad)

Sebagai contoh sikap amanah adalah sikap kelompok organisasi yang menjalankan perintah, tidak berusaha melalaikan perintah dari pembina organisasi dan menjaga hubungan koordinasi yang baik antara pembina dan kelompok organisasi.

Yang ketiga ada sikap saling tolong-menolong. Dalam organisasi, pembagian tugas merupakan suatu unsur untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Oleh karena itu, sikap saling-tolong menolong merupakan sikap yang wajib dilakukan dalam organisasi. Adapun firman Allah Swt. Sebagai berikut :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline