Lihat ke Halaman Asli

Christian Jati

Humas Yayasan Tarakanita Surabaya

Mengenal Keajaiban Eco Enzyme

Diperbarui: 28 November 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paul L. Iskandar saat membawakan materi Cara Pembuatan Eco Enzyme/dokpri

Jakarta -- Produksi sampah di Jakarta mencapai 7600 ton dalam sehari. Demikian pula di daerah-daerah lain, tentu juga banyak sampah yang dihasilkan. Sampah harus dikelola supaya tidak menumpuk memenuhi bumi.

Salah satu usaha pengelolaan sampah adalah Eco Enzyme (EE). EE bertujuan mengolah sisa sampah dapur organik. EE adalah hasil fermentasi limbah dapur organik kulit buah dan sisa sayuran, dengan gula (gula coklat, gula merah, atau molase/gula tebu) dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

EE merupakan cairan yang serba guna dan ramah lingkungan. Ini sejalan dengan nilai Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) yang diusung oleh Yayasan Tarakanita. Oleh karena itu, Sabtu (28/11/2020) Yayasan Tarakanita mengadakan Hari Study Pembantu Pelaksana (HSPP) yang dihadiri oleh para karyawan Tarakanita Nasional.

Acara ini berlangsung via telekonferensi Zoom. Ada lebih dari 350 peserta yang hadir. Dengan dimoderatori oleh P. Ruliyati P.L (Koordinator KPKC Nasional), acara ini berlangsung pukul 08.00 -- 10.00 WIB.

"Kegiatan ini merupakan kegiatan perdana Hari Study Pembantu Pelaksana. Nanti diupayakan sebulan sekali bertemu sehingga bisa ditularkan dari unit ke unit, dari wilayah ke wilayah. Barangkali teman-teman bisa berbagi tentang penanaman sayuran organik, membuat berbagai macam benda daur ulang dari barang bekas, dan lain-lain," ungkap Ruli.

Aurelius Arya Saputra selaku Kepala Bagian Personalia Yayasan Tarakanita memberikan pengantar, "Ini berkah masa pandemi sehingga kita bisa berjumpa dengan teman-teman dari seluruh wilayah. Harapan personalia semoga kegiatan ini bisa terus berlanjut dan Eco Enzyme bisa diimplementasikan bersama. Biaya terbesar organisasi ini adalah biaya operasional, maka organisasi ini akan memperoleh kemanfaatan bila Eco Enzyme ini bisa mengurangi biaya operasional tersebut."

Nara sumber kegiatan ini adalah Paul L. Iskandar (Relawan Eco Enzyme Nusantara). Paul aktif di kegiatan lingkungan hidup sejak tahun 2013 dan melakukan kegiatan bersama dengan berbagai komunitas lingkungan lainnya. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua SKP KAJ.

Paul L. Iskandar (Relawan Eco Enzyme Nusantara)/dokpri

"Gerakan lingkungan hidup selalu berusaha kita tularkan ke banyak orang supaya menjadi gerakan yang masif," tegas Paul.

EE adalah hasil penelitian selama 30 tahun oleh Dr. Rosukon Poompanvong. Beliau adalah pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline