Lihat ke Halaman Asli

Christian Jati

Humas Yayasan Tarakanita Surabaya

Rahasia Membentuk Kecerdasan Emosi Anak

Diperbarui: 28 November 2020   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antonius Giarno, Cfc, S.Psi. (Dokpri)

Surabaya -- Tangerang -- Kecerdasan Intelektual penting bagi anak. Namun yang lebih penting untuk keberhasilan anak adalah kecerdasan emosional. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini kecerdasan emosional membutuhkan perhatian ekstra karena anak harus belajar dari rumah dengan didampingi orang tua.

"Kecerdasan emosi lebih merujuk pada anak mampu bernegosiasi dengan orang lain sehingga keberadaannya bisa diterima orang lain. Kecerdasan emosi sangat penting untuk keberhasilan seseorang," ungkap Antonius Giarno.

Antonius Giarno, Cfc, S.Psi. dari Lembaga Psikologi Terapan Grahita Indonesia merupakan nara sumber dalam acara Webinar Parenting yang diadakan oleh TK RA Kartini Tarakanita Surabaya. Webinar yang dihadiri oleh Kepala TK RA Kartini, guru, karyawan, dan para orang tua murid TK RA Kartini ini berlangsung melalui telekonferensi Zoom pada Jumat, 27 November 2020 pukul 18.00 -- 20.00 WIB. Webinar ini dimoderatori oleh Katerina Gabriella, S.Psi. (Guru TK RA Kartini).

Antonius menyampaikan bahwa dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ), tantangan bagi orang tua itu banyak sekali. Anak stres, orang tua pun stres. Akhirnya orang tua yang belum sadar, tersadar bahwa belajar anak itu mayoritas di rumah bukan di sekolah. Tersadar bahwa tugas guru ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Ini merupakan ajang melatih kesabaran.

Antonius memberikan beberapa tips tentang pendampingan orang tua terhadap anak:

  • Ciptakan suasana sekolah di rumah. Sediakan tempat belajar bagi anak. Belajar sebaiknya tidak di tempat tidur. Seluruh penghuni rumah menciptakan suasana belajar.
  • Terapkan kedisiplinan. Ajarkan kedisiplinan waktu seperti saat sekolah biasa. Ketika pagi, tetap bangun pagi, sarapan, mandi, gunakan baju sekolah, dan rutinitas pagi lainnya.
  • Ubah pola pikir anak. Pembelajaran jarak jauh bukan berarti liburan. Jelaskan secara sederhana tentang pandemi corona ini.
  • Bantu atur waktu anak. Jadwalkan kegiatan anak, mulai dari pembelajaran jarak jauh, pemenuhan kebutuhan harian, bermain, dan yang tidak kalah penting, istirahat. Antonius menyarankan waktu efektif untuk belajar anak antara pukul 16.00-20.00. Belajar cukup 15 menit. Jika belajar pukul 19.30, lakukan terus setiap pukul 19.30.
  • Ciptakan kecintaan terhadap membaca. Sediakan satu rak khusus untuk perpustakaan keluarga.
  • Dampingin anak. Orang tua dapat mendampingi anak saat anak belajar online, mengerjakan tugas dari sekolah atau belajar mandiri, terutama anak TK dan SD.
  • Kenali potensi anak. Anak memiliki potensi, terutama dalam pengembangan belajar, intelektual dan emosionalnya.

Banyak hal lain yang dibagikan oleh Antonius, seperti mengenal potensi anak, pola asuh, dominansi otak kiri dan otak kanan, hingga pentingnya keseimbangan antara love vs control.

Para peserta Webinar Parenting (Dokpri)

Para orang tua aktif bertanya di sesi tanya jawab. Salah satunya Gregorius Krisdianto yang menanyakan apakah benar bila ia melakukan reward dan punishment untuk anak? Misalkan anak diperbolehkan menonton TV bila ia sudah mengerjakan tugas.

Menurut Antonius, reward and punishment itu sudah tepat. Itu berkaitan dengan hak dan tanggung jawab anak ketika melakukan sesuatu. Reward dan punishment menjadi kontrol kita. Akan jauh tidak efektif bila anak belum melakukan apa-apa namun sudah diberi reward.

Lebih lanjut Antonius menuturkan, hukuman (punishment) yang diberikan bukan hukuman fisik. Misalnya: tidak nonton TV, potong uang jajan, ambil barang kesukaannya. Itu bertujuan agar anak menjadi lebih bertanggung jawab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline