Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Harus Tanggung Jawab jika Jokowi Presiden

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14017211721810212090

[caption id="attachment_327097" align="aligncenter" width="533" caption="Siapa RI-1? (pic: rimanews.com)"][/caption]

Issue SARA yang dibawa ke ranah politik memang bukan hal baru lagi, termasuk dalam pesta demokrasi Pilpres kali ini. Saya akan coba analisa dari sisi pandangan orang beragama terhadap Pilpres ini. Sebelumnya biar tidak salah persepsi, ulasan saya ini bukan tendensi terhadap unsur SARA-nya tetapi lebih ke arah skenario politik yang telah di(ter)bangun ketika dihadapkan dengan kelompok mayoritas umat beragama di Indonesia, dalam hal ini adalah kaum Muslim.

Saya coba ambil satu point prinsip saja yang dipegang oleh umat muslim, yaitu tentang memilih seorang pemimpin yang muslim juga. Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK merupakan penganut agama Islam yang tentunya bukan menjadi masalah untuk memilih pasangan yang manapun, tentunya dalam konteks memilih pemimpin seperti di atas. Lalu apa hubungannya memilih seorang pemimpin muslim dengan judul tulisan ini? Coba kita simak hubungannya dari skenario politik yang sudah di(ter)bangun.

Jokowi saat ini berstatus sebagai Gubernur DKI didampingi oleh Ahok sebagai wakilnya. Masih cukup hangat sebenarnya proses pilkada DKI beberapa waktu yang lalu. Masih cukup segar juga di ingatan kita bahwa Prabowo merupakan salah satu sutradara di balik suksesnya Jokowi-Ahok memimpin Ibu Kota. Ahok merupakan kader Gerindra yang disodorkan oleh Prabowo ke Megawati untuk mendampingi Jokowi. Jadi Prabowo bisa dibilang punya andil besar dalam skenario politik pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemimpin DKI.

Majunya Jokowi ke kancah medan yang lebih tinggi untuk jenjang Presiden bisa seharusnya sudah diprediksi oleh Prabowo. Sebagai rivalnya sekarang untuk Pilpres, persaingan elektabilitas sangat ketat dan kemungkinan Jokowi untuk memenangkan Pilpres peluangnya juga cukup besar. Jika ternyata Jokowi nanti yang akhirnya menjadi Presiden, dari kacamata umat Islam dalam konteks memilih seorang pemimpin, Prabowo menjadi orang yang harus bertanggung jawab terhadap terciptanya kondisi yang tidak sesuai. Jika Jokowi jadi Presiden, tentunya Ahok yang akan menggantikan posisi Jokowi sebagai DKI-1. Hal ini berarti DKI dipimpin oleh seorang non muslim dan ini berarti Prabowo membawa skenario politik ini ke arah yang tidak sesuai dengan pandangan umat muslim.

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Prabowo sebagai seorang muslim, dia harus berjuang mati-matian untuk mengalahkan Jokowi di ajang Pilpres nanti, sehingga DKI akan kembali dipimpin oleh seorang muslim. Hal ini sebenarnya sedikit kontradiktif dengan berbagai issue yang dihembuskan oleh kubu Prabowo (atau Jokowi sendiri) perihal latar belakang Jokowi yang keturunan etnis Tiong Hoa dan non muslim. Hal lain yang juga tidak sinkron sebenarnya adalah kenyataan bahwa Prabowo sendiri sebenarnya dari keluarga non muslim.

Skenario munculnya pemimpin non muslim ini sebenarnya sudah terjadi ketika Jokowi maju ke Pilkada DKI. Pengganti Jokowi sebagai walikota Solo adalah seorang non muslim. Apakah hal itu akan berulang lagi pada Pilpres? Apakah prinsip orang Islam untuk punya pemimpin muslim akan kecolongan untuk kedua kalinya? Atau malah berkembang ke konsep yang lebih makro lagi bahwa tidak apa-apa punya pemimpin non muslim asalkan pemimpin tertinggi negeri ini yang tetap diperjuangkan dari kaum muslim?

..real human

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline