Lihat ke Halaman Asli

Rio Estetika

Dengan menulis maka aku Ada

Makan Bersama, Bukan Asal Makan

Diperbarui: 27 Oktober 2022   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu potret makan bersama di SD Muhammadiyah 14 Surakarta/dokpri

Makan menjadi salah satu rutinitas dalam kehidupan bahkan masuk dalam kategori kebutuhan. Makan membantu menopang kebugaran jasmani kita, sehingga dengan hal tersebut kita dapat mendayakan tubuh untuk beraktivitas produktif menghasilkan sesuatu yang berguna. 

Maka, makan tak sekedar makan. Menjadi perhatian bahwa makan tidak sekedar mengenyangkan perut dan menghilangkan lapar. Namun, dalam aktivitas ini ada nilai-nilai essensial yang perlu kita gali dan cermati sebagai kekayaan khazanah pengetahuan manusia. Apa lagi dalam aktivitas makan bersama.

Makan bersama, secara langsung juga dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak. Karena didalam makan bersama pastinya ada aturan dan norma yang secara inplisit maupun eksplisit menjadi pola pembiasaan tata krama, sopan santung, tenggang rasa, dan empati. SD Muhammadiyah 14 Surakarta memanfaatkan "makan bersama" sebagai salah satu siklus pembelajaran alamiah tentang rasa kebhinekaan.  Bagaimana bisa ya?

Secara khusus siswa-siswi SD Muhammadiyah 14 Surakarta membawa bekal makan siang dari rumah. Ketika masuk waktu istirahat dan selesai melaksanakan shalat dhuha, maka di sekolah ini dibudayakan untuk makan bersama bekal masing-masing. 

Siswa secara mandiri mengambil inisiatif duduk bersama teman untuk memakan bekal. Kendati jenis bekal dan bentuk makanan masing-masing siswa berbeda, tidak menjadikan siswa saling ejek ataupun saling pamer. 

Justru realitas yang muncul adalah kebersamaan dan saling bertukar lauk pauk. Kemudian, jika ada salah satu teman melupakan salah satu adab makan maka teman yang lainnya spontan akan memberikan peringatan. Sehingga, agenda makan bersama di sekolah ini juga sebagai sistem kontrol norma-norma.

Bentuk perilaku positif di atas terus dibudayakan oleh sekolah sebagai bentuk penguatan profil pelajar pancasila. Membentuk karakter pancasilais tidak sekedar dengan pembelajaran buku teks di kelas atau membaca modul. Melainkan, pendidikan pancasila realisasi perilaku positif dalam relasi antar sesama individu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline