Lihat ke Halaman Asli

Rio Estetika

Dengan menulis maka aku Ada

Estetika Keseharian, Warisan Terbesar AR Fachruddin

Diperbarui: 25 Februari 2020   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sangpencerah.id

Sepanjang pengetahuan kita terminologi "estetika" erat kaitannya dengan penilaian terhadap seni dan segala pernak-perniknya. Namun, pandangan tersebut mulai dipertanyakan kembali oleh pakar filosof. Mereka beranggapan bahwa pengertian dan ruang lingkup estetika bukan hanya persoalan seni tetapi juga alam dan perilaku manusia. Para pakar filsafat di belahan negara lain mulai berupaya mengembalikan makna estetika seperti dahulu. 

Upaya tersebut dilakukan dengan mengambangkan sebuah paradigma yang disebut estetika keseharian. Sumartono, Ph.D menuliskan dalam artikelnya berjudul "Perspektif Estetik dalam Filsafat Pendidikan Kiai Ahmad Dahlan" menyatakan bahwa estetika keseharian terinspirasi dari gagasan John Dewey dalam bukunya Art as Experience, dalam buku tersebut Dewey menjelaskan bahwa pengalaman estetik adalah mungkin terjadi dalam setiap aspek keseharian kehidupan manusia.

Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, estetika keseharian melanjutkan kecenderungan minat terhadap lingkup alam dan lingkungan, kemudian diikuti dengan eksplorasi seni-seni popular. Estetika keseharian memberbesar lingkup tersebut dengan mengikutsertakan kejadian, objek, aktivitas-aktivitas kehidupan orang. 

Dapat dipahami estetika keseharian yang menyangkut perilaku manusia adalah tentang perbuatan dan karakter yang baik. Dimana orang yang memiliki karakter dan berbuat baik akan menjadi figur luar biasa serta mampu memberikan cahaya keteladanan bagi orang disekitarnya. 

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka ada hubungannya dengan ARFachruddin (Ketua PP Muhammadiyah 1968-1990), yaitu  erat kaitannya dengan upaya memasukkan perilaku manusia sebagai bagian lingkup estetika keseharian. AR. Fachruddin menjadi sosok yang besar dan figur panutan karena  perbuatan-perbuatan mulia yang dilakukannya dan terpancar dalam bentuk kejadian unik, menyenangkan, menarik.

Cahaya Kesederhanaan Muhammadiyah

Syaifuddin Simon bercerita pengalamannya ketika 'ngekos' di rumah yang beralamat  Jalan Cik Ditiro 19 A, Yogyakarta berpuluh-puluh tahun silam. Dilansir dari tirto.id (23/02/2020), Simon menceritakan tentang sosok ARFachruddin yang menjadi bapak kosnya waktu itu. "Pak ARitu orangnya sangat, sangat, sangat sederhana," kata Simon. 

Mengusut tentang ARFachruddin  lahir di Pakualaman Yogyakarta pada 14 Februari 1916 dari pasangan K.H. Fachruddin dan Maimunah binti K.H. Idris Pakualaman. Pak A.R, sapaan akrab AR Fachruddin, mulai mewaqafkan dirinya untuk Muhammadiyah semanjak usia muda. Bahkan sebagian hidupnya habis untuk berkhidmat dan memajukan umat Islam melalui organisasi Muhammadiyah.

Dalam Muhammadiyah, Pak ARmengabdi dari titik bawah. Ia menjalankan perannya sebagai guru di sepuluh sekolah Muhammadiyah, menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah, dari ranting hingga wilayah. Hingga akhirnya menjadi Ketua PP Muhammadiyah dengan masa kepemimpinan terlama (1968-1990). 

Menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah tidak serta merta merubah gaya hidup Pak AR Pribadi sederhana tidak bisa lepas darinya, pergi kemanapun Pak ARlebih senang mengayuh sepeda atau mengendarai sepeda motor Yamaha butut miliknya. Simon menceritakan, pernah suatu ketika Pak AR mendapat tawaran kendaraan enak nan nyaman. Awal tahun 1980-an, perwkilan PT Astra datang menawarkan mobil Toyota Corolla DX secara gratis. Namun Pak AR menolaknya dengan alasan ia tidak bisa menyetir mobil dan tidak mau repot dengan perawatan mobil.

Selekta kisah lain tentang kesederhanaan Pak ARsecara apik diabadikan oleh suaramuhammadiyah.com berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline