Lihat ke Halaman Asli

Rio Estetika

Dengan menulis maka aku Ada

Selekta Perjuangan Mifrahah, Srikandi Aisyiyah Karangturi

Diperbarui: 10 Oktober 2019   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Mifrahah Niatun, "Srikandi Aisyiyah" Karangturi. Perempuan kelahiran Karanganyar, 4 Agustus 1955 silam ini menjadi sosok pengemban dakwah yang komitmen dan konsisten. Melalui organisasi otonom Muhammadiyah, bernama Aisyiyah. Ia menjadi ujung tombak perubahan kaum perempuan di kampungnya,  Desa Karangturi, Gondangrejo, Karanganyar.

Bu Rohah, sapaan akrab Mifrahah Niatun oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Beliau menjadi teladan  dan inspiratif perempuan-perempuan di desanya. Kiprah Bu Rohah semakin menegaskan bahwa perempuan memiliki peranan penting selain tugas domestik.

Bersama teman-temannya Bu Rohah berusaha sekuat tenaga untuk mencerdaskan perempuan-perempuan di kampungnya, agar memiliki pemahaman agama Islam yang baik serta tahu peran dan fungsinya sebagai perempuan.

Merintis Ranting Aisyiyah
Perjalanan dakwah Bu Rohah bukanlah tanpa liku. Bu Rohah mengawalinya dari PKK Desa dengan mengadakan program pengajian khusus wanita bernama, "Al-Hidayah". Namun, pengajian tersebut pada akhirnya kandas. Sekilas Bu Rohah menceritakan kondisi yang melatar belakangi beliau mengambil peran dakwah di kampungnya.

Kaum wanita saat itu belum memiliki kesadaran akan hidup beragama yang lurus. Islam hanya dijadikan sebagai simbol dan rutinitas ibadah yang bermakna sempit. Mereka hanya mengenal sholat, puasa, dan rutinitas ibadah lain yang bersifat dhohir / yang tampak saja.

Namun dalam segi nilai-nilai ajaran Islam yang lainnya seperti aqidah, akhlak, dan muamalah belum terterapkan secara sempurna/menyeluruh.Kondisi masyarakat saat itu juga masih kental dengan adat istiadat Jawa seperti ritual-ritual yang tidak sesuai dengan syariat Islam seperti Gugon Tuhon, tahayyul, bid'ah, dan khurofat. Selain itu kaum wanita masih banyak yang buta huruf Al-Qur'an.

Kondisi tersebut menjadi keprihatinan yang besar bagi Bu Rohah dan mendorongnya mengajak kaum wanita di Desa Karangturi untuk maju bersama khususnya dalam bidang penguasaan llmu agama Islam. Bu Rohah mengambil inisiatif untuk membangkitkan kembali pengajian "Al-Hidayah".

Sempat ada keraguan diantara teman-teman Bu Rohah. "Opo yo iso, lha wong pengajian sing teko yo gur iku-iku wae" (Apa ya bisa, yang datang kajian orang-orangnya itu-itu saja?), kata Bu Rohah menirukan ucapan temannya.

"Mbuh sepira wae sing teko pengajian tetep mlaku, sing teko loro utowo sijipun pengajian mlaku. Sithik-sithik sing penting konsisten" (Entahlah yang datang berapapun pengajian tetap berlangsung. Yang datang dua atau bahkan satu pengajian harus berjalan. Sedikit demi sedikit yang penting konsisten), tegas Bu Rohah menceritakan salah satu tantangan dakwahnya.

Secara resmi Ranting Aisyiyah berdiri pada pada hari Jum'at, 19 Mei 2002 sekaligus melaksanakan pembentukan pengurus periode pertama yaitu periode 2002-2007. Struktur organisasi yang terbentuk pertama kali teridiri atas pimpinan dan anggota bidang.

Adapun susunan pengurus  Pimpinan Ranting Aisyiyah Karangturi meliputi : Ketua : Mifrahah (selaku pendiri Ranting Aisyiyah Karangturi), Wakil Ketua : Sri Lestari, Sekertaris I : Harti, Sekertaris II : Hj. Parwanti, Bendahara I : Ngatiyem, Bendahara II : Sri Kusmiati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline