Lihat ke Halaman Asli

Narasikita

Mahasiswa

Dialog Lintas Agama: UINSU dan Kelenteng Cie Ci Kiong Tunjukkan Kerukunan

Diperbarui: 31 Oktober 2024   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milik pribadi 

Medan, 31 Oktober 2024 –Dalam upaya meningkatkan pemahaman lintas agama dan memperkuat nilai-nilai toleransi, sekelompok mahasiswa dari Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) dan Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) melakukan kunjungan edukatif ke Kelenteng Chi Ci Kiong. Kunjungan ini turut didampingi oleh dosen pembimbing, Bapak Dr. Hotmatua Paralihan, M.Ag.

Milik pribadi 

Diskusi yang menarik ini dipandu oleh Dr.Hotmatua paralihan M.Ag . Beliau mengatakan bahwa moderasi beragama bukan hanya teori semata, Menerima perbedaan dan tidak memaksakan untuk sama adalah kesempurnaan dalam beragama kita berbeda tetapi tetap saling menghargai dan mengkasihi satu sama lain. "Bangunan saja harus terdiri dari berbagai berbagai elemen dari mulai pasir,batu,semen,air semua elemen itu justru membuat kita semakin kuat,maka sama hal dengan perbedaan dalam umat beragama"Ujarnya.

Kedatangan para mahasiswa saat itu disambut hangat oleh Chousan Johan Adwan dengan sabar menjelaskan berbagai aspek agama Konghucu, mulai dari sejarah, simbol-simbol keagamaan, hingga praktik-praktik keagamaan yang dilakukan di kelenteng tersebut. Chousan Johan mengatakan bahwa ada 5 elemen  yang paling penting bagi orang Tionghoa yaitu air, api, kayu, tanah dan logam. Beliau juga mengatakan bahwa warna merah adalah lambang dari kegembiraan dan keberuntungan maka dari itu bangunan kelenteng identik dengan warna merah.Diskusi yang berlangsung hangat memungkinkan mahasiswa untuk menggali lebih dalam pemahaman mereka tentang agama Konghucu dan perbedaan serta persamaan dengan agama Islam.

Salah seorang peserta, Muhammad Fakih Salehuddin, mahasiswa semester 3 Jurusan Akidah dan Filsafat Islam, mengungkapkan kesan mendalamnya setelah kunjungan ini. "Kunjungan ini mengajarkan saya tentang pentingnya saling menghormati antar umat beragama. Meski berbeda keyakinan, kita tetap satu sebagai manusia yang membutuhkan satu sama lain," ujarnya. Fakih juga menambahkan bahwa pengalaman ini semakin memperkuat keyakinannya akan pentingnya toleransi dan moderasi beragama di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

Jason Ramon Chousan kelenteng Cie Ci Kiong menyambut positif inisiatif mahasiswa UINSU ini. "Kami sangat senang menerima kunjungan dari para mahasiswa. Kegiatan seperti ini sangat penting untuk mempererat tali silaturahmi antar umat beragama dan membangun kerukunan hidup bermasyarakat," ungkapnya. Beliau juga berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan di masa mendatang.

Menanggapi pertanyaan mengenai saran bagi generasi muda dalam beragama, Pendeta Jason Ramon menekankan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. "Perbedaan itu indah. Yang membedakan kita hanyalah nama agama, tetapi Tuhan itu satu," tegasnya.

Kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa semangat toleransi dan dialog antaragama terus tumbuh di kalangan generasi muda. Diharapkan, pengalaman yang diperoleh para mahasiswa selama kunjungan ini dapat menginspirasi mereka untuk menjadi agen perubahan dan menyebarkan nilai-nilai toleransi di lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline