Lihat ke Halaman Asli

Stop! Sebentar Mari Refleksi

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lewat layar kaca rakyat dapat menyaksikan kehidupan mewah para pejabat yang sibuk dengan kenaikan jumlah tunjangan gaji dan pada saat itu juga ketika ia merunduk yang nyata terlihat adalah pakaian lusuh dan kotor setelah seharian bekerja keras, padahal ia dituntut untuk membayar pajak, kewajiban yang ia tidak pernah mengerti dan paham apakah bermanfaat untuk dirinya, apakah pajak dapat meringankan beban yang harusdipikul. Namun yang jelas, ia merasa tidak dapat kompromi dengan para pemungut pajak.

Percayakah kita, dengan memiliki anggapan-anggapan yang sesuai dengan nilai-nilai ketakwaan akan membangun diri pribadi bahkan membebaskannya dari jerat “pemiskinan”. Akan ada akomodasi dari Allah Sang Maha Pemberi rezeki bila seseorang mau mencoba memahami. Akomodasi (taufik ) yang diberi Allah bukan menafikan kerja dan usaha manusia, sama sekali tidak. Taufik dari Allah bukan menyuruh manusia berpangku tangan. Sebaliknya, menuntut pada kerja maksimal, fokus dan konsisten.

Ada sementara pendapat (anggapan ) manusia bahwa Tuhan terlalu jauh, terlalu abstrak dan tidak terjangkau jadi, bagaimana mungkin ia menghidang penyelesaian segala masalah di depan mata. Anggapan seperti ini adalah anggapan destruktif yang meruntuhkan adanya peran Tuhan sebagai Pemberi kehidupan. Adalah mudah bagi Allah menuntaskan segala kesulitan dan penderitaan manusia, namun didasari dan di awali pada usaha manusia itu sendiri.

Taufik adalah maksud dari jaminan langit dan bumi yang diberikan Allah kepada manusia. Betapa banyak usaha manusia yang sia-sia dan tidak membuahkan hasil. Terkadang bertahun-tahun usia seseorang dihabiskan dalam upaya yang terus menerus, tapi dia tidak menggapai apa yang dikehendakinya. Dan betapa banyak pekerjaan yang kecil dan usaha yang sederhana, tapi membuahkan hasil yang baik dan berkah. 

Allah-lah Pemilik (wali) segala taufik. Taufik adalah jaminan yang diberikan langit dan bumi, melalui perintah Allah SWT, atas rezki seseorang mukmin sebab dia mendahulukan keinginan Allah atas keinginan dirinya (takwa). Taufik bermakna Allah menjadikan usaha dan gerak- geriknya pada tempat yang bermanfaat, seperti curahan hujan yang mengenai tanah yang subur. Betapa banyak air hujan yang turun ke bumi tanpabisa menumbuhkan dan menghasilkanapa-apa. Namun, sebaliknya betapa banyak gerimis yang mengenai tanah yang subur dan dalam cuaca yang baik dapat menghasilkan kebaikanyang banyak dan menyuburkan bumi. Inilah gambaran taufik. Ia adalah suatu perkara yang tidak berhubungan dengan usaha dan gerak-gerik manusia (secara langsung), meski manusia sedikit memiliki andil didalamnya. Karena sebab-sebab taufik yang misterius dan tak dapat dicapai manusia jauh lebih banyak daripada ia memiliki andil di dalamnya. Itulah janji Allah pada hambaNya, percaya atau tidak maka dipersilahkan kepadakita untuk membuktikannya sendiri.

“Siapa saja yang bertaqwa pada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Dan siapa saja yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.(at-Thalaq;2-4).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline