Lihat ke Halaman Asli

Ahya Fairuz

Pekerja, Pembelajar dan Tukang Inspirasi.

Kreativitas Tergerus Rutinitas

Diperbarui: 8 April 2022   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi wanita bahagia menari oleh OneLineStock/depositphotos

Aku ingat masa kecil dulu,
Waktu ibu belikan mainan baru,
Rasa senang menderu-deru,
Walau harganya tak lebih dari lima ribu.

Kiranya gambaran singkat memori masa kecil kita bisa sedikit terbayang pada sajak tersebut. Saya menulisnya tak kurang dari semenit, di tengah orang-orang yang bertumpuk mengerjakan tugas demi keberlangsungan sumber gaji hariannya. Agaknya sajak tersebut cukup menjadi percikan korek di benak saya, walaupun tadinya api itu adalah unggun yang menyala sampai fajar.

Semua proses yang kita jalani, sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar, ikut kelas sempoa, tari tradisional, pencak silat, ikut les ipa dan matematika, berbagai kursus tambahan di luar jam sekolah, setelah itu icip bangku kuliah, magang dan bekerja. Entah berapa lama rutinitas tersebut kita lakoni. Niatnya menambah keterampilan agar jadi manusia penuh guna. Tapi kegunaan dan taraf diri agaknya mulai mematikan imajinasi. Tergerus dalam arus yang bernama rutinitas si kawula berkompetensi.

Kita tak lagi bisa memandang langit lalu bercita-cita menjadi astronot yang makan permen kapas di luar angkasa. Kalau itu terjadi saat ini, anda pasti langsung buang muka, mana bisa aku jadi astronot. Makan permen kapas di venus pula. Padahal bukankah imajinasi itu bisa disebut bahan bakar kreatifitas? Lalu kenapa anda sering menertawakan imajinasi anda sendiri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline