Lihat ke Halaman Asli

Hijau Kampungku, Aku Rindu

Diperbarui: 18 September 2017   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menuliskan kerinduan pada kampung kelahiranku yang terletak di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ketika kamu membaca tulisan ini, maka kamu pasti akan merencanakan kunjungan ke kampungku. Selamat membaca.

Saat itu aku sedang duduk di luar menatap indahnya langit. Angin kencang membuat daun-daun pohon saling bertabrakan seolah-olah berbisik mengatakan agar aku tetap tinggal disini. Namun sayang, aku hanya bisa melihat pemandangan dan suasana seperti ini hanya dua sampai tiga tahun sekali. Pagi itu, aku diajak bersepeda oleh saudaraku. Ketika itu, mataku tak henti menatap keindahan alam disana. Lahan luas yang masih asri diselimuti oleh kabut. Embun membasahi tumbuhan dan udara pagi yang sangat sejuk, cocok untuk aku yang ingin melepas lelah jiwa dan pikiran.

Kulihat padi dan jagung dari kejauhan berwarna hijau kuning keemasan kini mulai merunduk dan kulihat juga lelaki paruh baya dengan topi khasnya biasa disebut "Pak Tani" yang siap untuk memanennya. Lahan luas yang belum ada bangunan gedung bercakar langit, jauh dari pabrik-pabrik, dan jauh pula dari keramaian kendaraan. Lahan luas tersebut hanya ditanami pohon - pohon jati bagai pasukan baris - berbaris yang rapih dan tinggi menjulang. Sebagian lahan juga, tumbuh pohon liar yang subur dan dimanfaatkan warga untuk mengeembala. Tidak seperti di kota, lahan kosong sangat jarang ditemukan. Di kampung ini aku merasa tenang, aku bisa melupakan sejenak dari aktifitas kota yang melelahkan fisik dan pikiran dan hari-harinya selalu menemukan kemacetan.

Di kampung ini sifat kekeluargaan dan adat budanyanya masih sangat terjaga, begitu juga sikap saling membantu menjaga kebersihan lingkungan. Contohnya satu bulan sekali diwajibkan kepada bapak-bapak untuk kerja bakti. Sedangkan ibi-ibunya bisa ikut membantu, tetapi biasanya ibu-ibu hanya menyediakan makanan ringan atau minuman untuk diberikan kepada bapak - bapak yang lelah membersihkan lingkungan. Tidak ada nyamuk di kampungku, mengapa ? karena saluran airnya yang lancar dan warga disana juga selalu mengutamakan kebersihan.

Ketika sore hari, senja disana terlihat sangat indah dengan warna merah jingganya. Sang surya tenggelam dengan perlahan seolah-olah ia ingin mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Kemudian terdengar suara adzan berkumandang dan aku segera pulang untuk sholat.  Aku bersyukur kepada Sang Khalik bahwa aku masih diberi kenikmatan untuk menikmati keindahan alam semesta ini.

Maha Suci Allah karena telah menciptakan alam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline