Lepas pulang kantor Jumat lalu, sakit menerjang kepala dan sampai tadi sore masih pun kurasa. Obat persediaan Parasetamol sudah diminum beberapa kali, dan pagi tadi pun akhirnya menyisihkan waktu ke klinik di sela2 pulang kantor dan menyemarakkan wisuda ponakan. Kupikir tensi sedang tinggi ternyata alatnya menunjukan normal saja. Dokter tanya ini itu termasuk makan santan atau daging kebanyakan dan sarankan untuk mengecek kolesterol. Waah, karena takut jarum suntik, akhirnya kubilang jangan dulu, kasih obat dulu. Dokter pun berikan resep obat untuk 3 hari. Setelah 3 hari minum obat belum pulih, maka barulah dites darah.
Dokter menduga aku sakit karena pola makan yang gak tepat. Weew, ternyata makanan pun bisa akibatkan sakit kepala. Mungkin benar juga. Tapi memang jika mau direnungi lagi, Jumat kemarin aku mendapat teguran dari Tuhan. Sebab "memindahkan" waktu ibadah transendental semaunya, walhasil terjadilah peristiwa yang tidak kuinginkan bahkan di sikon yang benar2 tidak pernah terpikirkan. Tak perlulah kuceritakan apa pula itu. Tapi yang pasti Tuhan marah betul sepertinya padaku, ku kaget, panik dan jadilah sakit menganggu kepalaku.
Alhamdulillah, lepas tidur sore tadi, kondisi kepala sudah sangat lebih baik. Ah, ternyata sederhana, saat sakit terasa tadi, kok cuma minta satu sama DIA, semoga semoga lekas pulih dan sisa hidup bisa buat ibadah, cukup itu. Sekarang, mau macam-macam bagaimana? Hidup dan matiku DIA yang punya Kuasa, tapi aku "merasa berhak" untuk mengatur waktuNYA, dan Tuhan pun jadi murka. Semoga tulisan ini bisa menjadi reminder buatku bahwa aku cuma satu hamba: hidupku adalah mauNYA dan bukan mauku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H