Ibarat dunia marketing, maka tulisan ini semacam cara singkat untuk menjadi mahir melakukan sesuatu hal. Berhubung saya banyak pertanyaan seperti, "apakah ada tips dan trik supaya bisa melakukan a,b,dan c?" Baiklah, saya akan membuat pancingannya: Trik Sukses. Apa iya begitu? Yuk, simak bersama!
Sebelum melangkah lebih jauh, ada satu hal yang hendak saya tekankan di sini. Daring (dalam jaringan) atau dalam bahasa Inggris: online, secara sederhana berarti ada jarak yang mempersatukan beberapa individu dalam koneksi internet. Sementara hybrid sendiri adalah gabungan dari daring dan luring (luar jaringan alias offline). Mengapa ini penting untuk diberi penekanan? karena keduanya adalah kata-kata kunci untuk 5 trik sukses pembelajaran daring/hybrid! Iklan banget!
Yuk ah!
- Gunakan backward design. Apa itu backward design? Backward design atau dalam Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan menjadi melihat desain dari akhir adalah cara pendidik untuk melihat apa yang hendak dituju. Jadi secara sederhana, pendidik harus tahu apa yang hendak dicapai oleh siswa-siswinya. Ibarat seorang koki, kita tahu bahwa tujuan akhirnya adalah masakan yang bernama nasi goreng teri. Bagaimana menuju bentuk nasi goreng teri? Nah, mulai paham ya!
- Setelah tahu backward design, gunakan model scaffolding atau dalam terjemahan sederhana adalah model jalan bantu. Maksudnya? Maksudnya adalah bagaimana pendidik memberikan "batu-batu loncatan" bagi para siswa untuk menuju ke tujuan akhir. Misalnya: Anda tahu bahwa hasil akhirnya adalah menguasai perkalian 5 sampai 8, bagaimana caranya? Kalau hanya meminta siswa menghapal, itu artinya Anda tidak mendidik. Ketika tatap muka, jalan bantu bisa kita berikan dengan cara-cara manipulatif yang membangun pemahaman siswa. Tapi dalam konteks online, Anda bisa memberikan contoh-contoh sederhana dengan gambar-gambar yang bisa diakses secara online, misalnya parkiran mobil yang ada mobil berjejer 6 dan setiap jalur ada 2 slot mobil untuk saling membelakangi, melengkapi gambar-gambar dengan himpunan-himpunan, nah, itu contoh "batu loncatan" agar siswa mudah paham. Bisa Anda lakukan saat tatap muka online atau sebagai penugasan mandiri daring.
- Daring bukan berarti semuanya tatap muka menggunakan program Google Meet, Zoom, Microsoft Teams, dan lain-lain. Daring berarti ada hal-hal yang bisa diberikan secara tatap muka dan ada yang membuat siswa dapat mengakses secara mandiri. Gunakan tugas-tugas daring yang siswa dapat akses dan belajar secara mandiri. Mau contoh? Contohnya: berikan link video pendek Anda sedang menjelaskan bagaimana membaca kalimat yang ada titik dan koma. Link atau tautan video, Anda taruh di folder dalam website tertentu atau model Google Drive, Google Classroom, Edmodo, Seesaw, dan lain-lain. Pendeknya, saat tidak dalam waktu tatap muka, anak masih bisa mengakses apa yang telah dipelajari. Nah, mulai dapat getar-getar hybrid-nya, kan?
- Pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk membantu pemhaman. Apa itu, mas? Masih ingat nomor 2 mengenai scaffolding ya? Nah, di saat siswa diberi panduan-panduan, jangan lupa selipkan kuis yang bisa Anda sebagai pendidik melacak sejauh mana pemahaman yang mereka dapat. Eh, tapi untuk mendapatkan gambaran pemahaman, kuisnya bukan pilihan ganda ya! Kalau Anda menggunakan pilihan ganda, menurut pendapat saya, Anda kurang mengungkap pemahaman siswa. Gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka supaya siswa terlatih untuk memberikan fakta-fakta dari panduan-panduan yang Anda berikan. Atau lebih dahsyat lagi kalau kuis yang diberikan, dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka selama masa pandemik ini.
- Buat sistem penilaian terpadu. Sistem penilaian terpadu artinya, penilaian bukan melulu diambil dari test yang diberikan, melainkan dari proses lainnya. Masih ingat poin nomor 4? Nah, dari poin nomor 4 tersebut, Anda sebagai pendidik akan mendapatkan gambaran lebih lengkap pemahaman siswa. Mungkin dalam menjawab pertanyaan saat test pilihan ganda, siswa ada beberapa poin yang lupa karena kemungkinan mengingat bukan kesukaan mereka, maka kuis-kuis pertanyaan terbuka, bisa menambahkan bidang-bidang yang mengisi keutuhan teka-teki mengenai seberapa paham mereka terhadap pembelajaran.
Wah, baru 5 trik saja sudah buat banyak pekerjaan tambahan! Sebenarnya tidak juga, sih. Semuanya kan sebenarnya sudah dilakukan oleh para pendidik, hanya kurang diperhatikan. Atau banyak yang sudah terlena oleh lembar kerja siswa dan model tugas "kerjakan halaman sekian-sekian, besok kumpulkan!". Bagaimana? Coba pelan-pelan saja, deh!
salam,
H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H