Lihat ke Halaman Asli

Hudha Jr

Mahasiswa

Etika Keilmuan Perguruan Tinggi

Diperbarui: 22 September 2019   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Misi perguruan tinggi  adalah pendidikan,penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dikenal dengan tridarma perguruan tinggi.ketiga hal itu harus dijalankan secara seimbang.Mahasiswa sedikit sekali memiliki budaya akademik,seperti kemampuan menulis.kebanyakan  mereka justu meniru(mencotek)makalah-makalah atau skripsi orang dengan metode copi-paste.persoalan integritas akademik maupun kejujuran ilmiah seakan bukan merupakan konsideran penting.sebagian mereka bahkan tidak memahami betapa pentingnya kedua nilai tersebut akibatnya jarang dijumpai paper-paper yang orisinal dan berkualutas.

Perkembangan selanjutnya,manusai berfikir menjadi manusia ilmiah.manusia ilmiah masih jarang diwacanakan.kata ilmiah masih terbatas pada kreativitas yang dibuat untuk mengadakan sesuatu,apakah dalam bentuk ciptaan atau tulisan ilmiah.suatu karya yang dikatakan ilmiah tetapi data yang terkumpul tidak sesuai dengan kenyataan maka karya tersebut tertolak keilmiannya.

Kemampuan berfikir manusia akan berdampak positif kepada perilaku dan keputusan yang ilmiah.sebenarnya,masyarakat ilmiah tidak harus muncul dari dunia akademisi,meskipun tak dapat disangkal bahwa memang yang terbanyak memperhatikan keilmiahan dalam proses pelaksaanaan tindakan,ada pada dunia akademisi.tapi,peelu juga ditampilkan hal yang bertolak belakang dari itu,yakni jika di dunia akademik ada tindakan-tindakan yang tidak ilmiah.pendidikan jelas harus bebas dari hal-hl yang mendahulukan perasaan,apalagi perasaan yang justru bukan perasaan duniaw,tapi perasaan amoral.

Oleh karena itu,jika kita telah jujur yakinlah bahwa kita juga telah memiliki sifat ilmiah.tidak dilandasi oleh kedekatan sehingga kita memberi penghargaan kepada seseorang karena memang dia pantas menerimanya sesuai indikator yang diyakini banyak pihak,meskipun jika seandainya oeang tersebut adalah musuh kita.meski kita diamanatkan umtuk menjadi pemimpin dan meski pula diberi kekuasaan preogratif,tidak serta merta kita menjadi seenaknya berbuat,tetapi kita harus tetap ilmiah.kritikan tidak diasumsikan kebencian sehingga dengan tindakan refresif.kritikan,meskipun salah,harus dengan bijak diartikan sebagai pengawasaan terhadap tindakan kita yang kurang benar sehingga kita bahas demgan kinerja yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline