Lihat ke Halaman Asli

Deddy Huang

TERVERIFIKASI

Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Berbagi Nasi Menebar Kebaikan

Diperbarui: 14 Januari 2021   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menebar kebaikan (gambar via kompas.com)

Rasanya bukan hanya saya saja yang merasa belum lengkap makan kalau belum berjumpa nasi. Sekalipun kita sudah menikmati makanan pengganti nasi, tetap ada rasa kurang kenyang.

Sangat familiar terdengar dalam keseharian kita khas orang Indonesia.

Kunyahan nasi putih yang hangat dan empuk merangsang otak kalau kita sudah makan yang kenyang. Jika ada yang bilang bisa tetap survive hanya dengan nasi putih dan kecap manis, saya percaya hal itu.

Di tempat yang berbeda, masih ada saudara kita yang sulit menemukan nasi. Sebab, nasi merupakan barang mewah bagi mereka.

Lapar itu Bahaya

Coba kita renungkan. Seorang pemulung yang sudah bergerak dari pagi hingga malam. Namun, hasil barang yang dikumpul saat dijual uangnya sedikit. Apalagi terakhir kali dia melihat nasi adalah kemarin.

Naluri orang tua demi anaknya mendapatkan makan, bisa saja dia gelap mata dan melakukan kriminalitas demi sebungkus nasi.

Dalam benaknya, yang penting hari ini keluarganya bisa makan. Besok dia akan memulung kembali. Jadi lapar itu bahaya bukan?

Jungkir Balik Tungku Selama Pandemi

Walau sudah berganti tahun baru, Covid-19 tidak mengenal kalender. Semakin hari, dampak pandemi ini mulai menggugurkan satu per satu para pejuang Keluarga Tangguh untuk bertahan hidup.

Mereka yang jadi kepala rumah tangga pun sudah tidak sanggup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline