Lihat ke Halaman Asli

Deddy Huang

TERVERIFIKASI

Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Waisak Ini Waktunya Kita Kontemplasi Diri

Diperbarui: 7 Mei 2020   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Waisak (sumber : KOMPAS.com/ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO)

Hari Waisak merupakan momentum bagi umat Buddha. Dalam Waisak memperingati tiga peristiwa penting yang dialami oleh Sidharta Gautama yakni saat kelahirannya, saat pencapaian kesempurnaannya dan saat wafat atau parinirvana yang semuanya terjadi pada bulan Vesakha di India kuno.

Sebagai hari yang disucikan oleh umat Buddha, hari raya Waisak dirayakan oleh umat Buddha seluruh dunia dengan melakukan puja, perenungan serta upacara ritual untuk memahami makna Waisak itu sendiri. Di Indonesia, umat Buddha merayakan Waisak sejak tahun 1930 di area Candi Borobudur. Sebuah candi terbesar di dunia yang megah dan penuh diselimuti atmosfer kehangatan saat perayaan. Saya bisa terbius oleh karena mengagumi megahnya Candi Borobudur.

Tiga Makna Waisak

Dikisahkan kelahiran Pangeran Sidharta ke dunia sebagai calon Buddha di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum Masehi. Shidarta merupakan anak dari Raja Sudodhana dan Ratu Mahamaya. Sebagai calon Buddha membuat Pangeran Siddharta akan mencapai kebahagiaan tertinggi. Kelahiran ini menjadi momentum saat penyambutan rakyat akan harapan baru di tengah kondisi dunia luar serba tak pasti.

Selain Waisak dimaknai oleh kelahiran Sang Buddha, perjalanan hidup Siddharta pada usia 29 tahun menemukan panggilan jiwa. Perjalanan hidupnya membawa suatu penerangan ketika Siddharta pergi meninggalkan istana serta anak isterinya untuk mencari kebebasan dari empat peristiwa, yakni lahir, tua, sakit, dan mati. Siddharta melihat dunia luar masih banyak orang-orang yang menderita dalam fisik maupun jiwa.

Menginjak usia Siddharta ke 35 tahun, tepatnya pada saat datangnya purnama Sidhi di bulan Waisak, pangeran Siddharta mencapai penerangan sempurna. Artinya, Sidharta sudah menjadi Sang Buddha.

Setelah menjadi Buddha, Siddharta menyebarkan Dhamma selama 45 tahun. Misi penyebaran Dhamma ini menjadi misi abadi karena menyuarakan pesan baik. Saat Siddharta meninggal di Kusinara, momen ini disebut sebagai Parinibbana yang berarti mencapai nirwana untuk melepaskan karma, samsara, dan kelahiran baru. Suatu keadaan kebahagiaan abadi ini tidak dapat dialami dengan memanjakan indera.

Simbol Pelepasan Lampion

Pada tiap perayaan Hari Waisak, umumnya pada saat upacara berlangsung ada satu kegiatan yang paling dinantikan oleh banyak orang dan menjadi tujuan utama wisatawan dan juga fotografer. Kegiatan pelepasan lampion menjadi acara puncak saat rangkaian upacara waisak. Memang tidak semua vihara melakukannya, biasanya dilakukan pada saat di Candi Borobudur, Magelang.

Makna pelepasan lampion bagi umat Buddha diartikan api sebagai semangat dalam diri manusia dalam menjalani kehidupan dan mengharapkan petunjuk. Maka dari itu, api menjadi unsur penting dalam perayaan waisak. Selain api juga ada air sebagai simbol untuk menyucikan. Lampion yang dilepaskan ke udara juga memiliki simbol yang sakral untuk melepaskan hal-hal yang bersifat negatif di dalam diri. Ada harapan untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan penuh damai.

Benang Merah Waisak dan Ramadan

Dalam satu bulan ini kita merayakan dua hari keagamaan sekaligus, yaitu Ramadan dan Waisak. Islam agama yang baik. Dalam muslim mengajarkan kita untuk membantu orang lain dan bertoleransi. Sama halnya dengan agama lain, juga mengajarkan bagaimana kita memberikan sumbangan dan beramal untuk orang yang membutuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline