Entah dari mana, saya sering mendengar ungkapan, "seenak-enaknya masakan di restoran yang dimasak chef terkenal sekalipun, masakan ibu di rumah tetap lebih nikmat." Walau ibu hanya bisa memasak seadanya saja agar anak-anaknya tidak dalam perut kosong dan kelaparan.
Setiap ibu di rumah sudah pusing memikirkan bagaimana mengurus rumah tangga, mulai dari membersihkan, mengatur dan menjaga anaknya. Kadang tanpa kita sadari otak mereka berpikir dua hingga tiga kali lebih cepat. Bukti kasih sayang mereka itu kadang memang menjengkelkan lewat hal-hal kecil oleh karena rasa khawatir. Misalnya, menanyakan kita apakah sudah makan atau belum.
Ibu saya itu orang lama yang mungkin saja sama seperti ibu-ibu kalian di rumah. Dia tak pandai dalam hal memasak. Boleh dikatakan baru bisa masak karena situasi mengharuskan demikian.
Kemampuan masak yang sederhana saja, namun bagaimana masakan dia bisa keluar dan kami makan dengan kenyang. Kadang saat saya makan masakan ibu, dia suka tanya enak nggak masakan hari ini?
Metode Masak Sesuka Hati
Alat masak di dapur rumah kami sangat sederhana. Ibu hanya menggunakan satu panci multifungsi yang bisa bikin Chef Arnold menangis. Belum lagi teknik memasak yang bisa saja urutannya tidak sesuai.
Satu panci yang dipakai untuk merebus, menggoreng, menumis, serta juga bisa memasak nasi di dalamnya. Kami tidak punya sutil, apa itu sutil kata ibu saya. Dia hanya menggunakan sendok makan saja untuk menggoreng. Membolak balik masakannya hanya dengan insting seorang ibu.
Tidak ada bumbu-bumbu istimewa dalam masakan ibu saya. Bahan rempah putih, merah dan kuning pun menggunakan takaran secukupnya saja. Hanya saja ibu lebih suka menyimpan bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, cabe dan lengkuas. Katanya bahan-bahan ini masih bisa diolah untuk makan.
Apa yang menurutnya pas dan cocok itu yang ibu masukkan ke dalam masakannya. Bukan seperti ibu-ibu masa kini yang tinggal mengeluarkan ponsel lalu mencari resep lewat internet. Hasil masakan balik lagi ke saya menjadi orang yang mencicipi dan memakan habis masakan ibu.
Ada satu menu andalan ibu yang dibanggakan selain memasakan aneka masakan menggunakan bahan telur. Menu andalan yang menurutnya sehat untuk dimakan yaitu Pindang Ikan Patin, sebab banyak menggunakan bumbu-bumbu rempah. Apalagi saat pandemi ini memang ibu lebih banyak memasak masakan berbahan rempah.
Saya selalu melihat dari jauh ke area dapur sewaktu ibu sedang memasak. Ibu saya masih ada pandangan kalau laki-laki tidak boleh masuk dapur, seperti menyalahi kodrat. Padahal laki-laki zaman sekarang juga pandai masak. Namun begitulah, ibu saya orang lama dengan pemikirannya.
Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan untuk membuat pindang:
- Ikan patin 1 kg, cuci bersih, potong-potong sesuai selera. Taburi gambar secukupnya saja lalu sisihkan.
- Daun jeruk secukupnya
- Daun salam secukupnya
- Sereh digeprek secukupnya
- Kunyit di blender secukupnya
- Tomat diiris secukupnya
- Cabe merah dan hijau secukupnya
- Bawang merah dan putih dihaluskan secukupnya
Cara membuatnya:
- Tumis bumbu halus sampai wangi, masukan daun jeruk, daun salam dan sereh.
- Masukan ikan patin, aduk-aduk hingga agak setengah matang.
- Beri air secukupnya. Tutup panci biarkan uap panas terkumpul didalamnya. Tunggu sampai ikannya matang.
- Masukan haluskan cabe merah dan hijau, dan tomat.
- Beri garam secukupnya.
- Sajikan selagi hangat.