Lihat ke Halaman Asli

Deddy Huang

TERVERIFIKASI

Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Inspirasi Keberagaman Lewat Film "Cahaya dari Timur"

Diperbarui: 13 April 2020   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Cahaya dari Timur Beta Maluku (image : beritamalukuonline.com)

Film Cahaya dari Timur Beta Maluku ini membuat saya membuka kembali kenangan ketika mengunjungi Kota Ambon dua tahun lalu. Kota Ambon yang mendapat julukan The City of Music ini memang terasa nyaman. Orang-orang yang ramah sekaligus sangat membantu itu yang saya rasakan ketika traveling ke sana.

Sosok Glenn Fredly yang juga ikut bermain di dalam film ini seperti mengenang kebaikan yang sudah dia lakukan semasa hidup. Film berdurasi dua setengah jam ini mengangkat kisah konflik yang pernah terjadi di Maluku antara etnis islam dan kristen pada tahun 1999. Ternyata berhasil diredam lewat sepak bola.

Dibintangi oleh Chicco Jericho sebagai Sani Tawainella, mantan pemain sepak bola yang pulang kampung setelah gagal merintis karir sebagai pesepakbola profesional dan kemudian menghidupi keluarganya dengan mengojek.

Dalam situasi konflik agama yang terjadi di Maluku, Sani berkeinginan untuk menyelamatkan anak-anak kampungnya melalui sepakbola.Bercerita tentang Sani Tawainella, hidup dengan istrinya Harpa dan dua anaknya. 

Mantan pemain sepak bola kelahiran Tulehu ini berniat mengajak anak-anak Tulehu untuk berlatih sepak bola setiap petang. Sani melihat bagaimana kerusuhan membuat anak-anak menjadi terdistraksi dan ikut berlari untuk menonton setiap tiang listrik dibunyikan.

Gejolak konflik kerap kali terjadi kerusuhan pecah di perbatasan. Sani yang sebagai tukang ojek melihat anak-anak Tulehu harus dihindari dari konflik. Bahkan ada anak yang karena orang tuanya kena peluru nyasar.

Anak-anak yang dilatih oleh Sani sudah remaja. Sani tidak melatih seorang diri melainkan dibantu oleh sahabatnya dari kecil yaitu Rafi. Namun, pemikiran Rafi bertolak belakang dengan Sani. Diam-diam Rafi membuat Sekolah Sepak Bola Tulehu Putra tanpa sepengetahuan Sani. Konflik tersebut membuat hubungan Sani dan Rafi renggang.

Salah satu utusan dari Sekolah Paso yang merupakan sekolah kristiani meminta Sani melatih tim SSB Paso untuk menghadapi John Mailoa Cup. Awalnya keputusan untuk merekrut Sani ditolak oleh pemilik SSB karena Sani seorang muslim. 

Cuma langkah ini berhasil diyakinkan oleh Josef Matulessy kalau merekrut Sani dilihat berdasarkan kapabilitas dan terbatasnya waktu persiapan turnamen.

Dalam Final John Mailoa Cup, tim SSB Tulehu Putra bertemu SSB Paso di lapangan hijau. Sani dan Rafi pun menjadi rival. Namun Sani gagal mengalahkan Tulehu dan harus rela menjadi juara dua John Mailoa Cup.

Nasib baik berpihak pada Sani ketika dipercaya untuk memimpin anak-anak Maluku bersama Rafi untuk mengikuti kejuaran nasional Medco Foundation U-15 di Jakarta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline