Sebagai orang yang cukup rusuh di dalam Kompal, saya ibaratnya cheerleader ketika suasana kekompakan teman-teman Kompasianer Palembang (KOMPAL) sedang menegang.
Saya pun jadi tukang cuci piring untuk membuat masing-masing orang melemaskan otot-ototnya sejenak. Termasuk ketika, penjaga Kompasiana pusat ingin datang ke Palembang.
Tentu saja teman-teman sudah harus bersiap menggelar karpet permadani disertai para penari Gending Sriwijaya. Lalu, saya harus mengumpulkan para cheerleader ini untuk bisa berkumpul.
Jujur saja, banyak agenda yang direncanakan sama teman-teman KOMPAL namun semuanya hanya asap yang mengepul. Misalnya ajakan untuk meninjau desa kebo rawa, bermain ke suku anak kubu, dan sebagainya.
Dari Mang Dues dinas di perbatasan provinsi hingga mutasi ke Jambi pelosok tidak berjalan juga. Salah siapa? Tidak ada kok, hanya saja memang mengatur para cheerleader ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Saya kena getahnya ketika disuruh pilih tempat makan, secara saya pemilik akun @kokocarimakan dikiranya saya "google berjalan" yang tahu semua usaha kuliner di Palembang. Akhirnya, saya hanya melemparkan pilihan straight to the point saja.
"Mas Kevin, mau tempat yang harga murah apa mahal?"
Ternyata tidak dapat balasan, akhirnya saya pun ketok palu memutuskan tempat pertemuan yang berada di tengah kota, supaya teman-teman KOMPAL yang jarak rumahnya ada di daerah ujung bisa menjangkau ke tengah.
Selalu Ada Drama
Sekitar jam 3 sore, mbak Tika sudah memberi saya kabar kalau dirinya sudah free. Enaknya ke mana ya? Saya suruh dia untuk pesan tempat pertemuan lalu duduk manis sambil menunggu kami semua datang. Saya sendiri juga tidak tahu apa bisa hadir sebab biasanya lembur.
"Nah, cak mano lah kau yang bikin acaranyo kau idak datang.."