Lihat ke Halaman Asli

Rr ShintaDewi

Mahasiswa UMM

Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Ekonomi Dunia Harus Tetap Berjalan

Diperbarui: 29 Januari 2021   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

       China melaporkan adanya virus baru pada 31 Desember 2019 yaitu virus corona (COVID-19). Pada akhir tahun 2019 organisasi kesehatan dunia (WHO) China mendapatkan informasi tentang adanya sejenis Pneumonia yang disebabkan oleh virus dari hewan seperti, kelalawar. Infeksi pernapasan yang menyerang paru-paru ini pertama kali terdeteksi di kota wuhan, provinsi Hubei, China. Menurut pemerintah kesehatan China, sebagian besar pasien adalah pedagang yang beroperasi di pasar ikan Huanan. Berawal dari kasus lokal ini, COVID-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti dengan cara penularan yang disebut impor dari luar wilayah asal atau transmisi lokal antar penduduk. Hingga saat ini COVID-19 belum juga berakhir, bahkan lebih banyak lagi kasus-kasus yang terjadi di beberapa negara

        Negara tertinggi dengan kasus COVID-19 terbanyak yaitu Amerika Serikat dengan total kasus sebanyak 7.321.348 kasus. Negara selanjutnya yaitu India, Brazil, Perancis, Rusia, Meksiko, Argentina, Ukraina, Peru dan Belgia. Beberapa negara ini termasuk dalam jajaran 10 negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia. Sedangkan untuk Indonesia saat ini termasuk dalam negara dengan kasus COVID-19 tertinggi se Asia Tenggara dengan total kasus sebanyak 1,2 juta.

        Terlepas dari kasus COVID-19 yang terus meningkat dibeberapa negara, hal ini sangat mempengaruhi perkembangan perdagangan internasional pada saat Pandemi seperti saat ini. Pertumbuhan Ekonomi Global di awal tahun 2020 mulai menunjukan gejala penurunan, dimulai dengan penurunan di negara maju, bahkan hingga negara berkembang. Keadaan ini semakin diperparah dengan adanya Pandemi yang dialami hampir seluruh negara didunia.

Menurut World Trade Organization (WTO) mencatat 80 negara telah menerapkan pembatasan ekspor. Pembatasan ekspor dari beberapa negara tersebut sangat berpengaruh terhadap perdagangan global, karena semakin berkurangnya transaksi jual beli antar negara, sehingga menyebabkan ekonomi merosot tajam pada pertengahan tahun 2020. Tetapi menurut berita dari CNN Indonesia, WTO telah merevisi "Skenario Optimis" perdagangan dunia dari sebelumnya mengalami kontraksi 12,9% menjadi hanya - 9,2% pada 2020. Dengan demikian, pertumbuhan ditahun depan diproyeksi hanya akan mencapai 7,2% atau lebih rendah dari perkiraan WTO April 2020 lalu yakni 21,3%.

      "Perdagangan dunia menunjukan tanda-tanda bangkit kembali dari kemerosotan mendalam yang disebabkan COVID-19, tetapi ekonomi kami memperingatkan bahwa setiap pemulihan dapat terganggu oleh efek Pandemi yang sedang berlangsung" kata WTO. Disamping itu WTO juga memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan turun 4,8% pada 2020 sebelum naik 4,9% pada 2021.
     Untuk menghindari penurunan ekonomi yang lebih tajam lagi, pemerintah kini menuangkan beberapa ide untuk menunjang ekonomi dunia. Contohnya seperti pameran perdagangan online. Dan kini masyarakat juga bisa mengakses situs perdagangan online yang sudah tersedia, jadi kegiatan jual beli antar wilayah atau bahkan antar negara masih bisa berinteraksi dengan baik, meskipun hanya dengan menggunakan platform online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline