Saya adalah orang yang sama sekali belum kenal yang namanya salon ataupun klinik kecantikan. Yang saya dengar dari teman-teman, biaya salon/klinik kecantikan sangat mahal, sekali perawatan satu juta lebih.
Bahkan ada yang beberapa juta kalau ada tambahan servis lainnya, misal tanam benang agar kulit tidak keriput lagi. Belum perawatan rambut, atau bagian tubuh lainnya seperti kuku.
Semua wanita pada dasarnya ingin merawat wajah dan tubuh layaknya orang berduit. Hanya saja mengingat tidak ada anggaran khusus buat biaya kecantikan tersebut, maka yang ada cuma khayalan belaka.
Saya pribadi setelah mendengar cerita klinik kecantikan abal-abal, dan sahabat saya sendiri yang menjadi salah satu korbannya, rasanya semakin tidak ada keinginan untuk memanjakan diri dengan biaya mahal tersebut.
Ceritanya begini, suatu hari saya main ke rumah sahabat saya, kebetulan dia baru saja pulang dari klinik kecantikan. Begitu PD-nya dia memamerkan kerut-kerut wajahnya yang spontan hilang, sama sekali tak terlihat keriput lagi setelah ditanam benang.
Entah bagaimana prosesnya, sahabat saya tadi menceritakan habis tanam benang. Infonya sih kerutan di wajahnya dimasuki benda semacam benang atau apalah, yang jelas sebelum proses itu wajahnya difoto dengan kamera hape, dan setelahnya juga difoto lagi. Jadi ada dua foto wajah before-after.
Ceritanya dokter kecantikan yang menangani tersebut, menunjukkan foto sebelum dan sesudah penanaman benang. Terang saja sahabat saya itu begitu percayanya karena melihat sendiri hasilnya.
Pada saat menunjukkan wajahnya sama saya juga sambil bolak-balik berkaca. Saya pun memperhatikan dengan cermat, teliti sampai benar-benar tidak melihat satu kerutanpun.
Yang membuat saya penasaran, kok mukanya merah sekali terutama di bagian yang digarap. Dalam hati saya bertanya-tanya, apa ini bukan akal-akalan saja. Logikanya, kulit tipis dan lembut dimasuki benda sekecil apapun tentu bengkak. Akibat dari bengkak otomatis kerutan kulit akan timbul dan terlihat ranum tanpa kerutan lagi atau rata tak berbekas.
Tadinya saya hanya berpikiran sendiri, dan tidak akan ngomong sama sahabat saya itu apa yang ada dalam pikiran saya. Tapi ketika dia cerita bahwa itu baru tahap awal dan besok lusa harus menemui dokter itu lagi dengan biaya yang lebih mahal, maka saya tak mampu menahan dan akhirnya cerita keraguan saya.
Mungkin lebih tepat disebut pikiran jelek saya. Apa yang saya sampaikan, hingga saya berspekulasi menyampaikan kalau besok keriputnya paling balik lagi misal sudah tidak bengkak, ternyata membuat sahabat saya pun jadi khawatir.