Lihat ke Halaman Asli

Ashari

Musafir

Semua Memiliki Nilai Ibadah

Diperbarui: 5 Juli 2021   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Realitas kehidupan memang tidak selalu menyenangkan , kadang kita merasa adanya kesulitan , kehilangan semangat hidup karena tertumpuk sekian banyak berbagai macam masalah , hal seperti ini pasti terjadi di setiap orang tetapi memang memiliki porsi yang berbeda -- beda , kadang sedang , berat atau sangat berat , tetapi ukuran berat tidaknya akan diukur seberapa kuat iman kita menghadapi itu semua  dalam sebuah hadist Rosuluullah Saw pernah berkata :

"Tidaklah menimpa seorang mukmin satu kepayahan pun, tidak pula sakit yang terus-menerus, tidak pula kecemasan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan sampai pun hanya duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua." (HR. al-Bukhari no. 5641, 5642 dan Muslim no. 2573 dari Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu 'anhu)

Dari hadist tersebut kita bisa memahaminya bahwasanya  Allah Swt menghapus dosa hambanya tidak melulu dengan ber-istighfar ataupun bentuk memperbanyak ibadah lainnya seperti berpuasa atau mengerjakan sholat - sholat sunnah , tetapi ada bentuk ibadah lainnya yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang , yaitu dengan ibadah menghadapi problematika hidup  itu sendiri, jadi ketika kita sabar dan ikhlas menghadapi problematika hidup yang pastinya dari Allah Swt Maka kita akan bisa dapat 2 kebaikan ; Terhapusnya dosa dan juga bertambahnya pahala , dua hal ini sering kali jarang sekali disadari oleh banyak orang ,

Problematika hidup dalam hakikatnya bukan soal problematika tetapi problematika hidup juga soal ibadah kepada tuhan dengan terus ridho dan ikhlas atas segala kehendaknya qodho'dan qodar -nya baik berbentuk  baiknya ataupun buruknya , jadi ketika kita memahami konsep takdir yang buruk maka bentuk ibadah kita adalah ikhlas dan sabar dan ketika dapat takdir yang baik  maka ibadah kita adalah berbentuk syukur tetapi ada dari hamba Allah Swt yang ketika mendapatkan hal yang baik menurut kebanyakan orang malah justru ia takut karena akan tidak bisa bersyukur ,karena banyak orang yang hanya bisa ingat tuhan ketika ia dalam keadaan yang susah dan jarang ingat tuhan atau bahkan tidak ingat sama sekali kepada tuhan ketika ia mendapatkan banyak kenikmatan , hal ini  juga terjadi pada kisah  Qarun ,Pada zaman Nabi Musa 'alaihissalaam (as), dikisahkan salah seorang kerabat beliau yang bernama Qarun pada awalnya adalah sangat miskin, yang kemudian meminta Nabi untuk memohon kepada Allah agar dirinya diberi kekayaan sehingga bisa lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah. Setelah Qorun memiliki kekayaan, justru Qarun terlena karena selalu menghitung-hitung kekayaannya dan merasa bahwa kekayaannya bersumber dari usahanya, padahal Allah memberikan kekayaan tersebut sebagai ujian bagi Qarun. Akhirnya Qarun meninggal ditenggelamkan Allah bersama dengan kekayaannya

 Abdullah bin aun pernah berkata menyoal  bagaimana menghadapi prblematika hidup , beliau berkata :

Ridholah dengan ketetapan Allah baik berupa kesulitan atau kemudahan; Karena yang demikian itu tidak terlalu menyusahkan bagimu, dan lebih mengetahui apa yang dituntut dari akhiratmu, dan ketahuilah bahwa seorang hamba tidak akan mencapai kepuasan yang hakiki sampai kepuasannya dalam kemiskinan dan kesusahan adalah sama dengan kepuasannya pada saat kekayaan dan kemakmuran.

Dari sini bisa kita simpulkan bersama bahwaanya semuanya akan bisa dihadapi dengan ridho kita terhapa apa yang ditakdirkan oleh Allah Swt kepada hambanya , tidak ada penghinaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline