rasa cinta (mahabbah) terhadap guru (ustad) dizaman pandemi covid 19 harus disikapi dengan mengutamakan keselamatan diri sendiri (hifdzu nafsy) dan masyarakat (hifzdu am), fenomena sosok Imam Besar Habib Rizieq Shihab (HRS) sebagai ulama dan habib yang dirindukan oleh para pendukungnya adalah fakta sosial yang tidak terbantahkan dengan hadirnya ratusan ribu jamaah baik ketika pejemputan maupun di mega mendung.
pemerintah selama ini sudah membuat peraturan dengan undang-undang yang mengatur penanganan covid 19, bahkan pemprov DKI telah membuat perda khusus cara pencegahan dan penularan covid 19 bagi warga jakarta, untuk lebih efektif harusnya pemerintah merangkul menjadikan HRS sebagai influencer dalam menangani pandemi ini, tidak cukup dengan influencer/selegram yang ada di media sosial.
bagi para pengikut dan para pendukung HRS juga harus didekati dengan membangun dialog dan kesadaran bahwa rasa mahabbah (cinta ) terhadap seseorang ulama dan para habaib, tidak boleh mengorbankan diri sendiri dan orang lain dalam kerusakan dengan tertularnya penyakit corona yang sangat mudah ditularkan dengan berkerumun menolak kemungkaran lebih baik daripada mendatangkan kemaslahatan, ini bisa dibuktikan dari hasil swab daerah petamburan yang positif terkena covid 19
kecintaan dan rasa hormat terhadap HRS tidak boleh mengorbanka keselamatan jiwa, kita bisa mendoakan dan mendapatkan nasehatnya dengan kebiasaan (habitus) baru memanfaatkan media sosial baik lewat youtube atau zoom meeting untuk mengurangi kerumunan dan menjaga jarak, pandemi ini mengajarkan kita untuk beradaptasi yang baru ini hanyalah cara kita terhindar dari penularan juga menunjukkan kecintaan kita terhadap guru dengan cara yang baru