Lihat ke Halaman Asli

Heru Susetyo Nuswanto

Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Damkar Swasta di Kalbar: Kebaikan Hati yang Menembus Sekat-Sekat SARA

Diperbarui: 13 Desember 2022   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

DAMKAR SWASTA DI KALBAR :  KEBAIKAN HATI YANG MENEMBUS SEKAT-SEKAT SARA 

*Heru Susetyo & Tim Riset Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Pekerjaan ini tak ada gajinya.  Tak ada jam kerja pastinya,  Kadang di tengah malam. Kadang di pagi buta.  Kadang di siang bolong.  Acapkali tinggalkan anak, istri, suami di waktu-waktu penting. Dan tidak selalu menuai pujian.  Tak sedikit yang malah mendapat cacian.  Itulah para pemadam kebakaran swasta di Kalimantan Barat.

Aneh memang.  Di pulau Jawa yang namanya pemadam kebakaran, alias damkar,  adalah satuan kerja bagian dari pemerintah kota atau kabupaten.  Namun di Kalimantan,  utamanya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan, masyarakat mendirikan dan mengelola sendiri pemadam kebakaran-nya. 

Dok. pribadi

Pemadam kebakaran swasta di Pontianak telah hadir sejak tahun 1982. Kini semua berhimpun di bawah Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran Swasta Pontianak.  Panggilan jiwa adalah salah satu motivasinya,  tutur Pak Ateng.  Pak Ateng Tanjaya,  alias Alfa Tango, adalah Komandan Damkar Swasta se- Pontianak (bahkan berpengaruh hingga seluruh Kalbar). Ia adalah figur sentral bagi sekitar 100 an BPKS di Kota Bumi Khatulistiwa ini. Di usia 73 tahun ini beliau masih tetap semangat dan senang berbagi kisah tentang BPKS di Pontianak. "Menolong orang itu panggilan hati, kita tak minta dibayar siapapun. Ada kepuasan kalo bisa menolong orang," ujarnya lagi. Pagi, siang, malam, subuh,  kapanpun apabila ada panggilan emergency,  anggota-anggota saya langsung loncat dan bergegas menuju KTP. Dalam situasi apapun !",  tambah Pak Ateng. 

Dok. pribadi

Selain itu adalah masalah pembuktian.  Pembuktian bahwa warga keturunan Tionghoa dapat menjadi relawan seperti etnis lainnya di Indonesia. Apalagi, pada saat tersebut diskriminasi terhadap masyarakat dengan keturunan Tionghoa sangat melonjak tinggi.

Prinsip anggota damkar swasta di Pontianak maupun Singkawang adalah menolong sesama.  Tanpa mengharapkan imbalan balik.  dilakukan. Mereka percaya, bahwa setiap kebaikan yang diperbuat akan mendapatkan balasan baik dari Tuhan Yang Maha Kuasa.  "Ini mungkin susah dijelaskan Pak,  tapi memang ini adalah bagian dari calling.  Rata-rata teman-teman yang bergabung ke BPKS adalah karena panggilan kemanusiaan dan hati nurani," tukas Ibu Malika.

Ibu Malika a.k.a Tjhai Nyit Khim, adalahh srikandi komandan Asosiasi Badan Pemadam Kebakaran Swasta Kota Singkawang. Memimpin 8 (delapan) BPKS se Kota Singkawang yang rata-rata  pria adalah tidak mudah. Apalagi di Kota Singkawang tak ada Damkar pemerintah. Yang ada damkar yang dikelola swasta seperti ini. Ada keterbatasan alat, bahan bakar, fasilitas, SDM, dana, waktu. "Namun kami tetap bertahan dan relawan kami terus bertambah, tanpa dibayar. Ada kepuasan tersendiri apabila bisa menolong orang lain. Ini panggilan jiwa," ujar Ibu Malika penuh semangat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline