Lihat ke Halaman Asli

Mendalami Ilmu Agama Samawi Harus Plural?

Diperbarui: 18 Juli 2017   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),ilmu ialah pengetahuan atau kepandaian (tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya).  Agama ialah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.  Samawi, bertalian dengan langit.  Agama samawi ialah agama yang bersumberkan wahyu Tuhan.  Ilmu Agama ialah pengetahuan tentang ajaran (sejarah dan sebagainya) agama; teologi.  Maka, mendalami ilmu agama samawi, idealnya, adalah mendalami pengetahuan tentang ajaran agama yang bersumberkan wahyu Tuhan.  Artinya, mencari pengetahuan mengenai agama samawi, termasuk mencari tahu tentang sejarah dari agama samawi tersebut.

Dengan demikian, tertangkap, betapa sulitnya mendalami ilmu agama samawi, karena secara garis besar, agama samawi ada tiga, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam.  Mendalami agama samawi berarti mendalami atau mencari tahu tentang agama Yahudi, Kristen, dan Islam.  Keterbatasan pengetahuan manusia sangat sulit memahami secara paripurna suatu agama, apalagi harus mendalami tiga agama sekaligus. Ketiga agama tersebut dipercaya oleh penganutnya sebagai agama yang bersumber pada wahyu Tuhan Yang Esa.  

Walaupun ketiga agama itu dipercaya bersumber dari Tuhan Yang Esa, namun adalah fakta, terdapat varian-varian pembeda pada ketiganya.  Mengingat ketiga agama samawi tersebut bersumber dari Tuhan Yang Esa, tetapi terdapat varian-varian pembeda pada ketiganya, patut diduga bahwa varian-varian terjadi karena beda interpretasi dari penganutnya.  Sebab, adalah mustahil jika sumber yang sama, hanya satu, Tuhan Yang Esa, mewahyukan diri-Nya secara berbeda kepada kaum yang berbeda, padahal semua kaum itu adalah ciptaan-Nya.

Tuntutan kronologi eksistensi agama samawi

Pada garis besarnya, agama Yahudi eksis paling dahulu, pelopor utamanya ialah Musa.  Lalu, pada abad pertama Masehi disusul oleh agama Kristen, yang dipelopori oleh murid langsung (baca: pendamping) yang mempercayai Yesus Kristus adalah Mesias.  Selanjutnya, pada abad keenam eksis Islam yang dipelopori oleh Muhammad.

Menurut pemahaman Penulis, mendalami agama samawi yang menyeluruh ialah mendalami ketiga agama tersebut.  Jika kembali ke arti ilmu agama menurut KBBI di atas, ialah pengetahuan tentang ajaran (sejarah dan sebagainya) agama, maka mendalami agama samawi meliputi pendalaman terhadap sejarah ketiga agama samawi.  Namun, penganut agama Yahudi hanya mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Yahudi.  Penganut agama Yahudi tidak mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Kristen dan Islam yang eksis abad pertama dan enam Masehi.  

Penganut agama Kristen mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Yahudi, terbukti dari Kitab Suci agama Kristen terdiri dari Perjanjian Lama yang berisikan sejarah dan segala sesuatu tentang agama Yahudi, dan Perjanjian Baru yang berisikan berbagai kisah tentang Yesus Kristus.  Penganut agama Kristen tidak mendalami sejarah dan sebagainya dari agama Islam yang eksis abad enam Masehi.  Idealnya, penganut agama Islam harus mendalami sejarah dan segala sesuatunya dari agama Yahudi dan Kristen.  Dari artikel yang pernah Penulis baca, disimpulkan bahwa ada ayat Al Qur'an yang mewajibkan penganut Islam mendalami Kitab-Kitab Suci yang diwahyukan Tuhan Yang Esa sebelum abad keenam Masehi.

Dengan demikian, kronologi ketiga agama samawi itu menuntut penganutnya mendalami ketiga kelompok agama tersebut, mengingat ketiganya diwahyukan oleh Tuhan Yang Esa.  Namun, karena sesuatu dan lain hal, kelihatannya, para penganut ketiga agama samawi 'kekeh' memandang dan mempercayai bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar.  Pandangan atau kepercayaan seperti itu agak naif, mengingat ketiga kelompok penganut agama samawi sama-sama percaya bahwa sumber wahyu kepercayaannya hanya Tuhan Yang Esa, yang konsisten, tidak mewahyukan berbeda kepada kaum yang diciptakan-Nya.

Maka, menurut Penulis, mendalami agama samawi harus mendalami ketiga kelompok agama yang diwahyukan oleh Tuhan Yang Esa.  Dari pendalaman tersebut, akan memunculkan kecondongan-kecondongan pada poin-poin yang seharusnya sebagaimana dimaksudkan Tuhan Yang Esa.  Poin-poin penting interpretasi wahyu Tuhan Yang Esa versi agama Yahudi, versi agama Kristen, dan versi agama Islam, pastinya, bersumber dari Tuhan Yang Esa.  Sementara, terjadinya varian-varian interpretasi, patut diduga sebagai pengaruh subyektivitas pelopor agama Yahudi, Kristen, dan Islam.  Maka, mendalami agama samawi harus plural, mendalami agama Yahudi, Kristen, dan Islam.

Tentang pemisahan urusan agama dengan politik

Dari penganut agama samawi, ada pihak yang memandang bahwa pemisahan urusan agama dan politik adalah kebodohan.  Diklaim bahwa wacana pemisahan agama dengan politik berasal dari orang yang tidak begitu paham dengan agama.  Dengan dalih, bahwa agama harus diyakini sebagai sesuatu yang membimbing dalam segala hal, maka agama harus dicampur aduk dengan politik (baca disini).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline