Lihat ke Halaman Asli

Yuhesti Mora

Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Skenario Masa Depan ala Saintis

Diperbarui: 2 Januari 2019   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Hidup Abadi dan Mesin Waktu)

Pernahkah kalian membayangkan apa yang akan terjadi 10 tahun atau bahkan satu abad dari sekarang?

Pada masa kecil, saya selalu dibayang-bayangi oleh kartun Doraemon yang menggambarkan dunia masa depan yang sangat canggih---ketika hidup cukup dengan pil dan aktivitas sehari-hari lebih banyak dikerjakan robot. 

Oleh karena itu, pemikiran saya tentang masa depan tidak pernah jauh-jauh dari itu. Meskipun pada kenyataannya, saya tidak pernah benar-benar serius memikirkan masa depan umat manusia. Lagi pula siapa orang yang cukup gila untuk memikirkannya. Sampai suatu ketika para saintis menunjukkannya kepada saya. Berikut ini adalah skenario masa depan umat manusia ala mereka.

Immortality

Saya pernah iseng-iseng membuat daftar beberapa sebab musabab kematian. Ada yang meninggal karena fungsi tubuhnya telah menua, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, ada pula yang meninggal karena kejadian-kejadian tak terduga---misalnya terpeleset kulit pisang---dan kematian yang dipilihnya sendiri alias bunuh diri.

Dari sejumlah cara tersebut---sejauh yang saya dengar---orang-orang membaginya ke dalam dua kategori, yakni kematian karena faktor human error dan takdir.
Contoh faktor yang pertama misalnya kecelakaan pesawat. Saya sering mendengar komentar begini, bahwa ini salah manusianya dan sebenarnya bisa dihindari. Namun, komentar ini selalu terdengar ganjil bagi saya.

Bagaimana pula cara menghindari kematian? Bagaimana kita akan tahu kalau beberapa jam kemudian pesawat yang kita tumpangi mengalami gagal mesin---entah hasil perbuatan siapa pun itu.

Ketika terjadinya kecelakaan dan banyak nyawa melayang, tidak ada satu cara pun yang dapat ditempuh untuk mengembalikan nyawa orang-orang yang telah tiada. Memperbaiki kesalahan yang terlanjur dibuat pun hanyalah untuk menghindari tragedi serupa. 

Oleh karena itu, saya lebih menyukai konsep bahwa tragedi itu---apa pun bentuknya, memberikan kita pelajaran. Dan perihal kematian, entah ia datang dengan cara apa pun, ia seperti bayangan---dekat dan dapat menerkam kapan saja. Kira-kira beginilah mindset yang sudah mengakar di pikiran saya bertahun-tahun.

Setelah melihat kemajuan teknologi kedokteran dewasa ini---seperti transplantasi organ, stem cell dan sebagainya---saya tergoda untuk bertanya bagaimana jika setiap bagian yang rusak dari tubuh seseorang dapat diganti. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline