Pada sore hari yang hangat di bulan April, dari luar kamar aku mendengar langkah kaki menaiki tangga. Itu pastilah adik, pikirku.
Tetapi tidak hanya dia, aku juga melihatmu memasuki kamarku.
"Kenapa kau ke sini?" godaku.
"Disuruh Bunda," balasmu sambil terus merengut.
Dan melihatmu seperti itu aku jadi semakin ingin menggodamu.
"Hei, tahu tidak. Aku sedang menulis sebuah cerita lagi tentangmu."
Kau menghela napas panjang dan setelahnya berkata, "Mengapa aku, tulis saja tentang dia," sambil menunjuk adik yang saat itu sedang sibuk memegangi ponsel.
"Kau sudah tahu jawabannya kan."
Kau menggaruk-garuk kepalamu, kebiasaanmu jika sedang tidak punya jawaban apa pun.
"Kau baru potong rambut ya?" tanyaku.
"Ganteng kan?" jawabmu. Senyummu tiba-tiba merekah, aku lantas membayangkan mawar di bibirmu. Entah kenapa. Tetapi pikiranku memang sedang rada miring saat itu. Hal-hal demikian terkadang kuanggap wajar jika sedang kumat.