Lihat ke Halaman Asli

Uut63

Pendidik UPGRIS

Ekspresi Budaya Melalui Kuliner

Diperbarui: 29 Desember 2022   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamu'alaikum,

Sobat Kompasiana, Selamat sore, sambil menunggu jam kerja berakhir kita bincang-bincang adat budaya.

 Saya hendak ceritakan di sini  kuliner dalam adat budaya Jawa. Di antara  yang akan saya kisahkan di sini adalah Randha (dibaca [rondho]) Royal

Dalam bahasa Jawa Randha adalah sebutan yang disematkan pada seorang wanita yang sudah tidak bersuami, baik karena bercerai maupun karena meninggal dunia. Bahasa Indonesia menyebutnya Janda. Sementara royal menunjuk pada perilaku boros, berlebihan. 

Rondho Royal adalah sebutan lain dari Tape Goreng. Mengapa kemudian disebut Rondho Royal? Randha, dalam masyarakat pada umumnya sering dipandang miring. Tanpa membedakan antara Janda yang sudah usia dengan Janda Kembang. Dalam tradisi Jawa kondisi semacam ini disebut digebyah uyah. Mungkin karena sudah tidak ada pasangannya, mereka ini sering menampakkan sifat-sifat manja, baper, kadang bahkan masih ada yang masih menor jika berdandan. Intinya dalam penampilan pantas dikatakan wah.  Sementara kata royal, mengacu pada semua perilaku dan sifat-sifat yang berlebihan tadi. Sekarang mari kita bawa ke salah satu jenis kudapan teman menyerupt Teh di Sore hari. 

Randha Royal terbuat dari bahan dasar Ketela Pohon (atau Pohung). Makanan dari jenis Umbi ini sebenarnya tanpa diberi apapun sudah enak disantap. Di beberapa tempat di Jawa, Pohung  masih menjadi makanan pengganti makanan pokok Beras.  Pohung melalui proses tertentu disulap menjadi Gaplek. Dari Gaplek kita bisa menjadikannya Gatot, Thiwul, dsb. Kesemuanya enak disantap tanpa harus ditambah dengan apapun, apalagi topping seperti yang dikenal sekarang ini.

Dari Pohung, setelah dikuliti, dicuci bersih, lalu dikukus kemudian ditaburi Ragi,  sejenis bahan untuk memfermentasikan makanan. Selanjutnya dibungkus rapat dengan Daun Pisang, dan disimpan di tempat dengan suhu hangat agar cepat masak menjadi Tape. Proses ini menjadikan Pohung berasa legit, dan sedikit asam. Jika pemrosesan bagus, kadang sampai berair menambah lezatnya makanan ini.

Anehnya, orang masih ingin menjadikannya kudapan istimewa. Tape kemudian dihaluskan secara kasar, dicampur dengan Tepung Terigu, diaduk dengan sebutir Telor yang sudah dikocok, tambahkan sedikit gula, dan pengharum rasa Vanili, serta garam, digoreng dalam bentuk tertentu bisa bulat, pipih bergantung selera. Setelah tampak kuning, dan tepung tampak sedikt keras (kemripik), angkat. Nah, jadilah kudapan yang dikenal dengan sebutan Randha Royal. Dapatkah pembaca membayangkan dan menghubungkan asal-usul kudapan ini hingga disebut demikian?

Jenis sajian ini, mula-mula hanya dikenal di kalangan Bangsawan (mengingat prosesnya yang begitu panjang, memerlukan beaya tambahan. Sajian ini sangat miyayeni (lazim di kalangan Priyayi atau keturunan Bangsawan). Seakarang kita mudah menemukannya di penjaja gorengan di pinggir-pinggir jalan. Bersama dengan aneka gorengan lain:  Ketela Goreng, Tahu Petis, Mendoan, Tahu Susur, Mentho,  Pisang Goreng, dll. Serba gorengan. Tape Goreng atau Randha Royal ini sangat cocok dihidangkan di Sore hari seperti sekarang ini, menemani kita menum Teh  (kadang disebut nasgithel: panas, legi, kenthel )bersama keluarga dan handai taulan.

Sungguh Maha Sempurna Allah yang telah mengaruniai kita dengan makanan dari jenis Umbi, Pohung atau Ketela Pohon. Dari satu jenis umbi ini, dikenal pula banyak makanan lain, seperti: Gethuk, Gethuk Lindri, Klenyem (Cemplon), Lemet (Utri), Kacamata, Jongkong, Mentho  termasuk Gathot dan Thiwul yang melalui proses pengeringan sehingga menjadi Gaplek, dll.

Bagaimana dengan para Pembaca? Masih adakah kudapan lain di daerah Anda yang terbuat dari Pohung, atau Ketela Pohon, atau yang populer dengan sebutan Singkong? Ceritakan di sini, kekayaan kuliner tradisional yang tidak kalah dengan sajian berkelas lain!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline