Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran yang Bisa Ditarik dari Jalan Tol Jakarta-Brebes

Diperbarui: 11 Juli 2016   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bottle Neck Exit Brebes adalah Killing Field (sumber: dokumen pribadi)

Delapan belas orang meninggal karena kemacetan di pintu tol Brebes Timur. Pengalaman saya kemacetan yang terjadi waktu mudik itu disebabkan karena kendaraan yang rebutan jalan untuk menempati suatu jalur. Ini terjadi karena pengendara berpindah jalur untuk mendahului kendaraan di depaannya. Jalur bahu jalan sering dipergunakan untuk mendahului. Bahu jalan  yang terlihat melompong menggoda pengguna jalan untuk menggunakannya. Terutama jika kendaraan sedang berjajar membentuk antrian panjang.

Penyebab macet jalan di Indonesia ini adalah cara pengemudi berebutan jalur da akhirnya membuat terkunci. Ini adalah tipikal terjadinya macet yang saya amati. Dalam beberapa kali perjalanan mudik ke Jawa Timur saya sering mengalami kemacetan, baik itu di jalan tol ataupun jalan biasa. Dalam perjalanan melintasi jalan biasa (non tol), sering tiba tiba terjadi kemacetan. Awalnya saya menduga ada kecelakaan misalnya truk terguling. Setelah kemacetan terurai ternyata di depan tidak terjadi apa apa. Hanya pengendara saling serobot dan mengakibatkan terkuncinya trafik. Pengemudi berebut jalan ini karena inisiatif beberapa pengemudi untuk keluar dari jalur antrian dan berusaha menyerobot beberapa meter di depannya. Waktu balik ke jalur semula inilah harus melakukan aksi penyerobotan supaya bisa masuk. Akibat seperti ini adalah tersendatnya trafik bahkan terkunci tidak bisa bergerak.

Trafik terkunci tidak bisa bergerak di jalan tol juga sering terjadi. Jalan tol Jakarta Cikampek juga sering mengalami ini, terutama waktu musim mudik lebaran. Yang menjadi masalah adalah lebarnya jalan tol di sekitar Jakarta tidak diimbangi dengan kemudahan keluar jalan tol di bagian timur. Dalam peristiwa mudik lebaran 2016 ini ribuan kendaraan dari arah  Jakarta dengan kecepatan tinggi bisa dalam waktu singkat melesat dan akan berada di Brebes. Keluarnya dari jalan tol ini mau tidak mau harus antri. Bisa dibayangkan mengerikannya ribuan mobil dengan karakteristik pengemudi tukang serobot harus keluar di suatu titik.

Karakteristik pengemudi secara umum akan menentukan apakah suatu ruas jalan jadi macet atau bisa lancar meskipun pelan. Saya pernah menggunakan jalan tol di Jepang. Waktu itu baru masuk gerbang tol ternyata kendaraan sudah sangat penuh dan antri merayap. Mobil cuma maju semeter demi semeter. Walaupun antri merayap seperti ini tidak ada satupun mobil yang berinisiatif menyerobot ke depan. Karena itu sampai pintu keluar tol ditempuh dalam waktu sangat lama, tapi tidak sampai berhenti terkunci. Intinya jangan ada pengemudi yang saling serobot.

Karakteristik berbagai bangsa memang berbeda beda. Bisa diamati dalam cara berlalu lintas. Dalam suatu tayangan berita di TV diperlihatkan tentang badai salju yang sedang menghantam Eropa. Tumpukan salju terjadi pada perbagai lokasi. Lalu lintas terganggu. Ada pantauan udara yang menayangkan kamera ke suatu deretan panjang mobil di jalan tol. 

Mobil berbaris rapi sesuai jalurnya. Tidak ada yang menggunakan bahu jalan untuk menyerobot. Bahu jalan yang panjang itu terlihat kosong melompong. Kalau di Indonesia pengemudi melihat bahu jalan kosong seperti itu pasti keluar dari antrian dan tancap gas untuk menyerobot ke depan.

Jalan  bebas hambatan Jakarta Brebes ini diharapkan akan melancarkan arus kendaraan mudik lebaran 2016. Dalam beberapa jam ribuan kendaraan dari Jakarta akan sampai di Brebes. Yang kurang dipikirkan matang  matang adalah keluar dari jalan tol di Brebes. Tentu saja ini menjadi masalah sangat besar karena karakteristik pengemudi di Indonesia. Jalan tol ini akan berfungsi dengan baik dengan persyaratan tidak ada yang saling serobot. Asumsi ini mustahil bisa dipenuhi melihat karakteristik bangsa selama ini. Begitu ada saling serobot di ujung bottle neck timur, maka di exit Brebes timur ini akan terkunci dan berubah menjadi perangkap kematian.

Ribuan kendaraan berhenti dengan mesin hidup tapi tidak bergerak dari suatu lokai akan menyebabkan lokasi tersebut selama berjam jam dipenuhi semburan asap knalpot mobil. Kadar Karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) akan meningkat drastis. Padahal gas CO ini mengakibatkan orang yang menghirupnya mengalami kematian. Pengopreasian jalan tol panjang tapi tidak memperhitungkan kemampuan ujung akhir untuk mengeluarkan kendaraan akan menjadi suatu 'bottle neck". Yang terperangkap di bottle neck ini tidak menyadari ancaman keracunan gas karbon monoksida.

Karakteristik pengemudi Indonesia seharusnya diperhitungkan. Tidak usah malu mengakui bahwa bangsa kita akan saling serobot dalam situasi yang baru hampir macet. Akibatnya akan betul betul macet terkunci tidak bisa bergerak sama sekali. Bagi yang terjebak di titik macet tersebut harus mengalami ancaman tidak terlihat, yaitu keracunan CO. Ancaman dehidrasi bagi tubuh mudah diatasi, sedangkan ancaman keracunan gas CO ini sulit dihindari. Menghirup gas CO ini akan mengakibatkan kematian. Jadi selama bottle neck di ujung jalan bebas hambatan ini masih ada maka perangkap maut CO ini masih merupakan ancaman.

Catatan: Gambar adalah dokumen pribadi.

===

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline