[caption caption="Ilustrasi (sumber : indonesia-investment.com)"][/caption]Keputusan Jokowi mengubah skema kilang terapung di laut menjadi kilang onshore adalah bagai membelokkan kapal Titanic dengan tiba-tiba. Rencana Final Investment Desicion di tahun 2018 harus dilupakan. Pekerjaan masif untuk membuat PoD baru harus diulang untuk memenuhi permintaan pemerintah. ESDM akan secara resmi menyurati Inpex memberitahukan penolakan permintaan revisi PoD dari kilang laut kapasitas 2,5 MTPA menjadi 7,5 MTPA.
Penyusunan PoD untuk kilang onshore mau tidak mau harus diakukan pekerjaan ulang. Scope of Work yang harus dikerjakan jauh berbeda untuk kilang offsohre yang telah disetujui untuk dibuat PoD nya di tahun 2010 yang lalu. Dalam beberapa tahun ke depan ini Inpex harus bekerja keras untuk menyelesaikan PoD versi darat. Ada tambahan yang harus diperhitungkan, yaitu pemasangan pipeline dari Blok Masela ke lokasi kilang LNG. Lalu pembangunan pelabuhan dan Loading Dock, konstruksi bangunan sipil, Konstruksi train LNG di darat.
Ada hambatan yang mungkin dialami. Restriksi dalam kebebasan menentukan lokasi kilang LNG. Daerah-daerah saling memperebutkan lokasi kilang. Restriksi ini akan menyulitkan Inpex untuk menentukan lokasi kilang dalam PoD. Diharapkan pemerintah ikut campur tangan dalam mengatasi perebutan lokasi ini.
Untuk mengimplementasikan PoD ini, Inpex akan memperkirakan asumsi harga minyak dan gas dunia pada time frame masa produksi. Sekarang ini harga minyak dunia sedang anjlok, seiring dengan anjloknya harga gas. Di berbagai belahan dunia proyek proyek Oil & Gas mengalami delay, bahkan cancellation.
Inpex memperkirakan kilang laut biaya nya adalah $. 14,8 milyar, sedangkan kilang onshore adalah $. 19,3 milyar. Untuk membuat kilang onshore memerlukan biaya lebih tinggi. Pembengkakan biaya ini berpengaruh pada keekonomian proyek yang diindikasikan dalam bentuk Internal Rate of Return (IRR).
Harga minyak dunia yang sedang turun mengakibatkan proyek-proyek yang akan berjalan ditinjau ulang. Di seluruh dunia banyak proyek yang terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan. Sejak paruh ke dua tahun 2015 menurut Wood MAcKEnzie sudah ada 22 proyek besar yang dibatalkan senilai total $. 380 milyar. Proyek proyek yang dibatalkan adalah proyek proyek yang IRR nya mepet. Proyek di tempat sulit biasanya IRR nya rendah, karena itu harus menggunakan teknologi canggih. Tidaklah mengherankan proyek pembangunan FLNG banyak distop. Proyek proyek di tempat mudah pun kena pangkas, karena IRR nya sekarang turun akibat harga minyak turun.
Mengubah PoD sekarang ini akan mendapatkan beberapa faktor yang mengakibatkan turunnya IRR. Pertama besarnya investasi yang diperlukan naik. Kedua waktu pengerjaan yang bertambah lama. Ketiga harga minyak dunia sedang turun. Mungkin saja Inpex sekarang ini sedang berpikir untuk menggeser time frame produksi ke waktu harga minyak tinggi sehingga tidak rugi. Menurut perkiraan beberapa analis, harga minyak dalam beberapa tahun ke depan sulit mencapai angka di atas $. 62 per barrel. Ini adalah angka yang membuat proyek proyek yang di daerah sulit bisa dilanjutkan.
Dalam beberapa tahun ke depan ini dunia akan surplus LNG. Yaman, Angola dan Algeria membanjiri pasar LNG. Jepang sendiri baru akan memerlukan tambahan supply LNG di tahun 2028. Karena itulah Inpex diragukan akan mendorong PoD kilang darat ini dengan buru buru. Dia sudah punya barang dagangan yang bisa dijual di tahun 2023. Ini adalah LNG dari lapangan Ichthys, tetangga Masela. Inpex dengan Total mengoperasikan lapangan Ichthys ini dengan kilang darat di Darwin.
Masela mendadak distop karena sengketa antar menteri dalam kabinet pemerintahan RI. Secara kebetulan distopnya timingnya pas semua perusahaan energi melakukan konsolidasi akibat turunnya harga minyak. Penyetopan ini membuat Inpex mengkaji ulang PoD dengan merubah sesuai keinginan pemerintah yaitu opsi kilang darat. Sekarang Inpex akan menghitung ulang berdasarkan perkiraan investasi dan cashflow yang baru. Investasi lebih mahal. Penerimaan uang dari penjualan gas menurun akibat rendahnya harga gas. Inpex mempunyai kesempatan untuk menentukan timing FID pada time frame tertentu ketika harga gas diperkirakan bagus.
Perusahaan energi seperti Inpex interestnya adalah mendapat keuntungan. Multiplier effect terhadap daerah sekitarnya adalah tanggung jawab pemerintah. Tidak bisa disalahkan jika Inpex lebih berkepentingan dengan aspek teknis dan komersial untuk keuntungan bagi perusahaan. Karena itu ketika presiden memutuskan untuk membangun kilang LNG di darat, maka itu adalah interest pemerintah untuk memberikan economic regional impact bagi wilayah sekitar Masela. Interest pemerintah ini bisa saja tidak bersesuaian dengan interest Inpex. Disini akan dikompromikan kepentingan masing masing pihak sehingga tetap menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Selama hitungan keekonomian masih menguntungkan bagi investor, maka kepentingan pemerintah sebagai pemilik SDA tetap akan diakomodir oleh investor. Contohnya adalah lapangan gas Ichthys milik Australia. Lapangan ini dieksplorasi oleh Inpex/Total. Lokasinya bertetanggaan dengan Masela. Inpex berencana mengalirkan gas ke daratan terdekat untuk dijadikan LNG. Lokasi yang dipilih adalah Maret Island, Kimberley, Western Australia. Jaraknya 200 km dari lapangan Ichthys. Tapi karena alasan tertentu dari Australia, antara lain pelestarian lingkungan, maka lokasi Maret Island tidak bisa dipakai sebagai kilang LNG. Sebagai gantinya ditaruh kilang LNG di Darwin, yang jaraknya 900 km dari apangan Ichthys. Terpaksa Inpex memasang pipa bawah laut sangat panjang dari Ichthys ke Darwin, Northern Territory, Australia.