Sejumlah ‘asa’ sepertinya sedang membumbung tingggi jelang terselengaranya Kongres tahunan PSSI, 8 Januari 2017 di Hotel Aryaduta, Bandung mendatang. Untuk itu pun pemerintah seperti yang diberitakan, melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi juga sudah mengeluarkan surat rekomendasi agar dapat terselenggaranya kongres PSSI 2017 tersebut.
Kongres kali ini, sekaligus juga akan menjadi kongres yang pertama kalinya bagi PSSI di bawah komando Edy Rahmayadi sejak ia terpilih jadi ketua umum periode 2016-2020. Tentu harapan tinggi dari seluruh pecinta sepakbola nasional ada dipundaknya. Sebagai pecinta sepakbola kita hanya bisa berharap semoga saja berbagai permasalahan yang masih saja belum terelesaikan bisa diselesaikan pada kongres 8 Januari 2017 nanti.
Tak terkeculi pembahasan tentang persoalan ke tujuh tujuh Klub yang masih belum terselesaikan pada Kongres sebelumnya seperti, Persema Malang, Arema, Persebaya Surabaya, Persipasi Kota Bekasi, Persibo Bojonegoro, Persewangi Banyuwangi dan Lampung FC. Meski hal ini pun belum tentu bisa, karena semuanya akan dikembalikan kepada pemegang hak suara yang akan menentukannya .
Suka atau tidak suka memang persoalan ke tujuh klub ini. Akan terus menjadi ganjalan atau batu sandungan kalau tidak segera bisa diselesaikan. Karena seperti yang kita ketahui sebelumnya, bahwa komitmen pemerintah dengan kepengurusan PSSI yang baru ini jelas adalah PSSI rekonsiliasi. Sehingga dengan demikian diharapkna berbagai masalah yang belum sempat terselesaikan pada kongres sebelumnya (nov’2016) dapat diselesaikan pada kongres 2017 nanti.
Namun kelihatanya, semua itu masih sulit untuk bisa diwujutkan. Karena kalau kita ikuti dari apa yang diberitakan. Sepertinya Solusi bagi permasalahan yang dihadapi ketujuh klub tersebut tidak akan mungkin dapat langsung terselesaikan pada kongres 8 januari nanti. Para pelaku sepakbola sepertinya masih saja bertahan dan kembali keaturan yang baku diluar 'semangat rekonsiliasi' yang ada, mereka masih saja diliputi sikap egonya masing-masing. Terlepas dari segala persoalan yang dibawa oleh masing-masing klub tersebut
Hal itu dapat kita ketahui dari apa yang dikatakan oleh Exco PSSI Gusti Randa bahwa kongres tahunan pssi nanti bukan jaminan bahwa penyelesaian sengketa ke 7 klub yang bermasalah tersebut bisa terselesaikan. Ia mengatakan untuk bisa menuntaskan permasalahan yang dihadapi ke tujuh klub tersebut, pihak PSSI akan kembali meneliti kembali satu per satu permasalahan yang mereka hadapi. "Dari tujuh klub itu, kami membuat identifikasi permasalahannya. Kami bisa katakan dua kategori dulu. Seperti Persebaya, persoalannya itu dulu mereka adalah anggota PSSI, nah apakah sekarang bisa kembali," ujar Gusti
"Yang kedua, ada persoalan satu klub tapi punya pengurus dua. Bukan orang yang kehilangan klub. Tapi ada satu klub, dua pengurus. Mereka sama-sama merasa punya hak. Untuk yang kedua, satu klub dua pengurus, itu artinya sepanjang aturannya masih ranah yuridiksi PSSI kami bisa putuskan. Tapi kalau ranah perdata pasti hukumnya bukan yuridiksi PSSI, kemungkinan harus diselesaikan di pengadilan. Jadi kami pilah-pilah dulu dari 7 klub itu, ada beberapa hal yang bisa diputuskan di kongres ada yang tidak karena bukan yuridiksi PSSI," sambungnya.
Menurut dia dari tujuh klub tersebut hanya Persebaya yang bisa langsung diputuskan pada Kongres 8 Januari mendatang. "Masalah dimaafkan atau tidak, itu hanya Persebaya. Kalau yang lain hukum perdata, bukan yurdiksi kami. Kalau kami pilah harus diurus di ranah lain dulu," tutupnya.
Padahal kita tahu persis bahwa pemerintah melalui Menpora sudah berulang-ulang kali mengatakan supaya kepengurusan yang akan berkongres nanti agar benar-benar dapat membahas agenda-genda yang sebelumnya sempat tertunda pada kongres bulan November 2016 lalu. Terutama terkait dengan hal menyangkut rekomendasi atau islah, baik itu bagi klub maupun individu. Hal itu harus kembali dibicarakan secara konkret karena memang itulah yang menjadi komitmen atau yang diinginkan oleh pemerintah bahwa PSSI kali ini adalah PSSI rekonsiliasi,
Jangan sampai kejadian seperti Kongres di Ancol November lalu itu kembali terulang kembali. Dimana rencana pembahasan pemutihan status klub terhukum seperti Persebaya, Arema Indonesia, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Persewangi Banyuwangi, Lampung FC, dan Persipasi Kota Bekasi. Termasuk juga pemulihan nama baik individu komite eksekutif PSSI yang terhukum batal dilaksanakan.
Dengan hadirnya kepengurusan baru, tentu menjadi wajar jika masyarakat pecinta sepakbola berharap agar kepengurusan PSSI kali ini bisa menjadi menjadi era baru bagi persepakbolaan di Indonesia. Jadi bukan hanya dalam bentuk basa basi. Kongres harus dapat kembali dijadikan sebagai media untuk rekonsiliasi. Jangan sampai Negara kembali dibohongi sehingga revolusi PSSI tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya.