Keberhasilan Timnas Indonesia menembus babak semifinal Piala AFF 2016 kali ini menjadi spesial, wajar kalau banyak mendapatkan apresiasi yang tinggi dari masyarakat pecinta sepakbola Nasional sehingga membuat dukungan terhadap timnas pun semakin bertambah.
Fakta, bahwa sanksi FIFA yang dijatuhkan sejak 2015 lalu sempat membuat timnas seperti kembali ke titik nadir tak terbantahkan, sampai-sampai peringkat FIFA pun menyentuh rekor angka paling terendah. Timnas Garuda seakan-akan benar-benar sedang "dikandangkan", sementara para rivalnya sesama Negara ASEAN berlari kencang membenahi diri.
Seperti Thailand yang sukses menembus babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2018. Semua itu terjadi karena ulah para elitnya yang sibuk dengan “kisruh” melupakan satu hal yang bisa membuat masyarakatnya berkaca-kaca bangga melihat sebuah kemenangan seperti yang sedang di alami timnas saat ini yaitu dengan keberhasilannya melaju ke babak semifinal Piala AFF 2016 yang merupakan sebuah turnamen penuh gengsi dan menjadi kebanggaan diantara Negara-negara dikawasan Asia tengara ini.
Timnas Indonesia yang awalnya tidak diungulkan karena memang kondisinya dirundung berbagai masalah persepakbolaan yang tak kunjung selesai, berbagai persoalan timbul silih berganti mulai dari pembatasan perekrutan pemain oleh para klub seperti yang dikatakan Opa Riedl ini "Kami kembali ke pertandingan internasional dengan persiapan hanya empat bulan, karena Indonesia terkena sanksi (FIFA) selama satu setengah tahun. Tapi (dalam persiapan), kami hanya bisa membawa dua pemain dari setiap klub dan tak bisa mengambil tiga pemain," dan menambahkan "Banyak pemain berkualitas dari beberapa klub papan atas, tapi saya tak bisa membawanya. Karena ini adalah kesepakatan dengan federasi (PSSI) dan liga (PT GTS). Sebab liga (TSC) tidak bisa ditunda selama Piala AFF berlangsung," katanya
Disisi lain Jelang keberangkatanpun masih saja terjadi hambatan seperti musibah yang terjadi pada Irfan Bahdim bomber terbaik yang merupakan andalan dari Opa Riedl di lini depan rekan tandem Boaz Solossa. Apalagi seperti yang kita ketahui performa Irfan belakangan memang memunculkan decak kagum para penonton. “Kehilangan pemain inti tentu menyulitkan kami," ujar Riedl.
Bahkan ada fakta lainya, sebelum Piala AFF 2016 berlangsung media olahraga ternama Fox Sports Asia sempat melakukan jejak pendapat (polling) terhadap kesiapan dan peluang Negara-negara peserta piala AFF 2016 kali ini. Dimana hasil dari polling tersebut menempatkan Indonesia di posisi no 2 paling bawah dengan persentase yang hanya sebanyak 6 persen untuk peluang mereka menjuarai Piala AFF 2016. Filipina (tuan rumah) justru menjadi tim yang paling diunggulkan atau difavoritkan tampil sebagai juara di ajang kali ini dengan meraih 25 persen suara. Disusul kemudian oleh juara bertahan Thailand dengan 22 persen suara, dan Malaysia (15 persen).
Namun apa yang terjadi kemudian walau sempat tertatih-tatih kalah 2-4 dari Thailand. Kemudian bermain imbang 2-2 dengan tim tuan rumah Filipina. Beruntung pada laga terakhir, partai hidup mati dan sangat menentukan itu. Boaz Solossa dan kawan-kawan berhasil menang 2-1 atas Singapura. Dengan demikian Timnas Indonesia berhasil meraih empat poin. Angka atau pij yang cukup untuk mengantarkan Skuat Garuda untuk lolos ke babak selanjutnya yaitu semifinal piala AFF 2016 dengan status sebagai runner up Grup A.
Yang menarik juga untuk kita lihat adalah dari sisi strategi permainan yang diterapkan pelatih Opa Riedl. Pada dua pertandingan awal saat bermain melawan Thailand dan Filipina Opa Riedl memainkan formasi 4-4-2. Namun pada pertandingan terakhir saat menghadapi Singapura Opa Riedl merubah strateginya dengan formasi-4-1-4-1, Dengan menempatkan Bayu Pradana sebagai gelandang bertahan dan memang hasilnya berbuah manis yaitu kemenangan bagi timnas Indoneia dengan skor 2-1.
Kemaren (29/11), Fox Sport Asia kembali melakukan jejak pendapat jelang partai semifinal leg pertama antar Timnas melawan Vietnam yang akan berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Sabtu 3 Desember 2016 nanti. Hasilnya kini Indonesia barbalik menjadi negara yang paling di unggulkan atau favoritkan menjadi juara. Dengan mendapatkan dukungan dari 38 persen suara, disusul Thailand dengan 27 persen suara. Setelah itu, berturut-turut disusul Vietnam (20 persen) dan Myanmar (15 persen).
Dengan demikian tentu menjadi wajar kalau publik sepakbola tanah air, kini menjadi berharap agar hasil polling tersebut benar-benar bisa menjadi sebuah kenyataan. Karena memang disepanjang sejarah Piala AFF ini. Indonesia belum pernah sekalipun menjadi juara. Raihan paling tinggi yang pernah dicapai Timnas Indonesia adalah menjadi runner up tahun 2000, 2002, 2004, dan 2010.
Memang kalau kita kembali melihat ke belakang, setelah setahun menjalani sanksi FIFA. Timnas Indonesia kembali bisa bernapas lega karena mereka kembali dapat tampil di Piala AFF 2016 ini. Berbagai persiapanpun langsung dilakukan walau banyak pihak yang meragukan kapasitasnya untuk dapat bersaing dan menorehkan prestasi di Piala AFF 2016 kali ini.