Lihat ke Halaman Asli

Hery Syofyan

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Lima Pemain Persinga Dihukum 6 Bulan Larangan Bermain & Denda Rp 50 Juta

Diperbarui: 12 Agustus 2016   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

solo.tribunnews.com

Kemaren saya sempat menulis berita terkait dengan terjadinya kembali kasus kekerasan di sepakbola Indonesia duh-terjadi-lagi-pengeroyokan-brutal-terhadap-wasit-di-sepakbola-indonesia-isc-2016. Dimana telah terjadi aksi brutal berupa pengeroyokan dan penganiayaan terhadap pada asisten wasit (hakim garis) pada lanjutan pertandingan sepakbola lndonesian Soccer Champions (ISC) B hari Minggu (7/8/2016), antara PSS SLeman melawan Persinga Ngawi di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

Kalau kita melihat dari rekaman pertandingan memang semua begitu jelas terlihat, dimana sejumlah pemain Persinga terlihat mengejar-ngejar, memukul dan menginjak-nginjak sang asisten wasit. Tentu ini menjadi perbuatan yang sangat tercela dan tidak terpuji serta mencederai sportivitas dan fair play yang selalu diusung mereka disetiap pertandingan sepak bola. Dengan demikian tentu sudah sewajarnya pelakunya pengeroyokan dan penganiayaan ini dihukum berat sekaligus dalam rangka penegakan disiplin tidak peduli dengan apapun alasanya.

Seperti yang diberitakan memang Komisi Disiplin Indonesia Soccer Championship (ISC) sudah menjatuhkan sanksi hukuman yang berat kepada kelima pemain Persinga Ngawi tersebut. Adapun Kelima pemain yang dihukum tersebut masing-masing adalah Slamet Hariyadi, Andre Eka Prasetya, M. Fatkhur Rosi, M. Zamnur, dan Moch. Pujiantoro.

Mereka dinilai telah melakukan penyerangan dan penganiyaan terhadap perangkat pertandingan. Hukuman yang dijatuhkan itu adalah larangan bermain selama enam bulan dan denda Rp 50 juta kepada pemain-pemainn tersebut. Untuk lebih jelasnya ada DISINI

Aksi kekerasan terhadap perangkat pertandingan seperti ini sesungguhnya bukanlah hal yang baru dalam sepakbola di negri ini . Hal yang sama Sudah sering terjadi dan itu terus terjadi secara berulang-ulang silahkan dilihat  DISINI. Tentu hal ini perlu menjadi kajian pokok bagi komdis PSSI dan juga bagi pengelola Liga/turnamen untuk kedepan dapat mengetahui secara pasti apa penyebab semuanya ini. Sehingga hal seperti ini bisa dihentikan. Apa mungkin karena hukuman yang selama ini diberikan dirasa atau terkesan tidak tegas? yang akhirnya membuat pemain tidak jera untuk melakukan hal yang tidak terpuji ini.

Memang harus diakui kalau kita bicara penyebabnya. Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya tindakan anarkis seperti ini, bisa jadi memang karena buruknya kualitas dan kinerja dari para wasit,  atau bisa juga karena memang minimnya pengetahuan dari pemain tentang peraturan yang harus mereka ketahui sebagai pemain sepakbola profesional. Atau bisa jadi dua kombinasi ini yang menjadi pemicu, sehinga pemain kehilangan respek pada aparat pertandingan.

Hal tersebut dapat terbaca dari pengakuan pemain Persinga Ngawi yang melakukan pengeroyokan kemaren itu yaitu Andre Eka dan Slamet Hariyadi, mereka mengatakan, tindakan yang mereka lakukan itu adalah adalah buah dari kekesalan mereka terhadap respons asisten wasit yang tidak mendengarkan protes mereka secara baik.

Pertanyaanya tentu adalah, apakah dengan begitu semua menjadi sah untuk dilakuakn oleh pemain sepakbola professional yang hidupnya tergantung sepakbola? Tentu jawabanya tidak, karena kalau mereka menyadari hal itu tentu semuanya bisa menghancurkan kehidupannya sendiri, karena sudah jelas bahwa bentuk kekerasan terhadap perangkat pertandingan tersebut adalah perbuatan yang tidak layak dan wajib mendapat hukuman yang seberat-beratnya seperti yang disampaikan Bambang Pamungkas  "Apapun alasannya, menganiaya wasit atau asisten wasit adalah tindakan yang sangat tidak terpuji, layak dihukum berat,"kata Bambang Pamungkas, pemain Persija Jakarta

Apa lagi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) seperti diberitakan juga sudah menulis surat No. 737/D.IV/VIII/2016  kepada PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai operator penyelengara turnamen ISC ini, untuk dimintai pertanggung jawabannya atas insiden tersebut. Dalam suratnya itu Kemenpora menyampaikan keprihatinanya karena ternyata sepakbola Indonesia masih dinodai oleh aksi-aksi keberutalan seperti itu. Untuklebih lengkapnya silahkan baca DISINI

Beruntung PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator langsung tanggap dan bertindak tegas terhadap apa yang terjadi. Mereka tidak mentolerir siapapun yang melakukan pelanggaran dalam aksi brutal tersebut dan mereka telah menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada kelima pemain tersebut, Semoga saja kejadian ini menjadi kejadian yang terakhir kalinya sehingga efek jera yang diharpkan benar-benar bisa tercapai dan pemain lainya akan berpikir ulang untuk melakukan hal yang sama, toh disetiap pertandingan juga sudah ada pengawas pertandingan yang akan membuat laporan hasil dari disetiap apapun kejadian di lapangan pada saat pertandingan…………

Salam Olah Raga

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline