Lihat ke Halaman Asli

Waktu yang Luka di Perdu Nadimu

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak perlu kau patahkan jarum waktumu;

Yang kesekian kali ku ingatkan

agar aku tak lagi mengingatkanmu.

Barangkali,

ia masih melingkar diperdu nadimu.

Petaku tersesat;

Beribu deru ragu berburu diluaran sana

dihutan kawasan bebas hambatan.

Tertanda dipatung traktat,dihorison jauh;

dipetaku.

Suatu kali,dipagi sepi

ku telusuri matahari dicelah perdu nadimu

antara lembah yang patuh,dan gunung yang mematung.

seperti puntung abu yang berburu kayu

dengan rayap yang batal wudhlu.

Di pinggir kali,

dekat celah perdu nadimu

aku masih tersesat.

ku temukan anak-anak gunung lepas dan jatuh

bersama cakar burung,yang juga jatuh.

Di pinggir kali,

ku teguk secawan tawar

melepas haus ke sungai jauh.

Aku tetap;

masih tersesat,mana hulu mana hilir

hanya semilir wangi parfummu,membawaku ke mimpi jauh.

Tempatmu telanjangi jiwaku yang lepas;

dari tepi.

Di pinggir kali,

pula sejenak ku pejam rawan mata

menjadi sejumput syair

Biar ku patahkan saja jarum waktumu

yang luka,milikmu.Biar ku tukar saja dengan seuntai saat

dan biarkan melingkar di perdu nadimu”.

Nalo,05 Maret 2006

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline