Saya pribadi merasa hampa kalau tidak membuka internet dan tentu saja media sosial. Kebutuhan akan informasi membuat jari ini otomatis tahu kemana harus mengeklik setiap pagi.
Tak bisa dipungkiri, teknologi sudah menjadi bagian dari hidup yang tidak bisa dipisahkan. Akses internet seolah menjadi nyawa baru bagi manusia saat ini.
Meskipun memiliki akun di berbagai media sosial arus utama, hanya ada aplikasi Youtube dan Instagram di ponsel saya.
Hal ini saya pertahankan karena saya menjadi admin unutk beberapa akun, sehingga tidak memungkinkan jika membuka manual melalui peramban. Youtube pun saya pertahankan aplikasinya karena sangat berguna untuk menonton siaran langsung tayangan yang saya minati.
Sementara itu, saya juga masih aktif di Facebook dan Twitter yang akunnya saya buat sejak 14 tahun lalu. Namun saya memutuskan tidak mengunduh keduanya di ponsel karena intensitasnya tak sesering Instagram. Alhasil saya selalu membuka kedua media sosial itu melalui peramban.
Tiktok adalah media sosial yang tidak saya unduh dan juga tidak saya buka di peramban. Ini karena karakter kemunculannya yang terlampau cepat. Bagi saya, waktu selama satu menit belum bisa membuat efek sebuah informasi lekas menempel di otak.
Media sosial lainnya yang berbasis percakapan seperti WhatsApp, Telegram, dan Discord juga bertengger di ponsel. Keduanya merupakan kebutuhan dasar dimana berbagai koordinasi dijalankan melalui ketiganya. Masing-masing memberikan manfaat pribadi bagi saya yang gemar memisahkan informasi.
Misalnya WhatsApp yang fokus sebagai alat komunikasi untuk kebutuhan pribadi dan pekerjaan. Telegram memungkinkan saya mendapatkan beragam informasi dari fitur Channel tertentu yang saya ikuti. Discord memudahkan berkomunikasi dengan komunitas yang saya geluti.
Sejauh ini media sosial memiliki peranan penting bagi hidup saya. Pertama adalah kemudahan informasi. Berbagai opini yang berseliweran bisa dengan mudah didapatkan. Apalagi algoritma Instagram membuat saya terpapar dengan informasi yang memang saya minati.
Dia tahu apa saja yang saya suka melalui iklan apa yang saya klik, postingan apa yang membuat saya bertahan membaca sampai habis, hingga subjek siapa saja yang biasanya kerap saya cari. Memang terfokus, namun menurut saya hal ini juga sekaligus sangat membatasi. Kita seolah diberikan kacamata kuda dengan hanya menikmati sajian informasi yang seputar itu saja.